Pemanfaatan AI dalam Penguatan Data kebudayaan

Agenda Dialog ketujuh KKI 2023 pada 25 Oktober 2023 mengambil tema “Pemanfaatan AI dalam Kebudayaan”. narasumber dalam diskusi ini, antara lain: Ki Joyo  Sardo (Ketua Perkumpulan Studi Kultura Indonesia), Wiyaya Kusumawardhana (Staf Ahli Kominfo), dan  Sita Sari (Direktur IVAA).  Ki Joyo  Sardo berbicara mengenai pemanfaatan dalam penguatan data kebudayan. Saat ini telah terjadi ledakan data yang memerlukan penanganan data supaya data itu dapat digunakan, aman, dan konsisten. Ekosistem digital saat ini bisa memanfaatkan AI yang memindahkan pekerjaan manual ke mesin. Ki Joyo  Sardo menggunakan AI untuk digitalisasi warisan bunda tak benda untuk mengintegrasikan data WBTB dalam satu data web sehingga bisa dimanfaatkan oleh para penggiat kebudayaan. Dengan AI, data WBTB diharapkan bisa Akurat, bersih, dan terorganisir. Konteks teroganisir juga menggambarkan keterhubungan antar WBTB. Proyek lain yang dikerjakannya adalah Dashboard telisik budaya. Dashbord tersebut dimainkan sistem akan bisa memberikan visualisasi mengenai kebudayaan.

 

Wiyaya Kusumawardhana menyoroti integrasi data untuk pemajuan kebudayaan.  AI memiliki empat pilar yaitu data, algoritma, hardwere, dan connectivity. Keempat hal tersebut dapat mengambarkan persepsi, problem solving, creativity, komunikasi, data interchange dan interaksi antarbahasa. AI dapat mempengaruhi produksi budaya dengan mengurangi waktu kreator. Ai telah berinteraksi dengan kebudayaan, misalnya melestarikan bahasa yang punah, Ai memproduksi karya seni yang hilang dan rusak, di bidang musik, AI dapat memodelkan nyanyian manusia dengan memakai algoritma, AI sebagai tool dan colaborator membuka peluang bagi seniman, akademisi, dan lembaga budaya, serta AI dapat membantu kita mendengar nada dari sebuah goresan warna disebuah lukisan.

Sita Sari sebagai penggiat kebudayaan memaparkan studi kasus pengumpulan data kebudayaan serta proses digitalisasi data yang dilakukan. IVAA melakukan proses digitalisasi data kebudayaan. Data kebudayaan tersebut direkam dalam berbagai bentuk termasuk digital.  IVAA (indonesian Visual Art Archive) mencatat data seni budaya sejak 1955 dari mulai data berbentuk analog. Sejak 2008, IVAA meluncurkan versi online dari data-data kebudayaan. IVAA bergabung dengan jaringan arsip kebudayaan nasional.

Comments are closed.