Mengembangkan Dana Indonesiana

Dialog keenam hari ketiga Kongres Kebudayaan Indonesia mendiskusikan tema “Mengembangkan Dana Indonesiana”.  Pembicara antara lain: Wisnu Sarjono (Direktur Riset LPDP/Kemenkeu), Linda Hoemar Abidin (Ketua Pengawas Koalisi Seni), Alia Swastika (Penerima Manfaat dana Indosiana), Alex Sihar (Pengelola Dana Indonesiana/Kemdikbudrisetkdikti). Tujuan dialog ini adalah bagaimana upaya memaksimalkan dana indonesia yang merupakan dana abadi kebudayaan yang dikelola Kemenkeu dan Kemdikburistekdikti untuk pemajuan kebudayaan.  Dana Indonesiana berjalan sejak 2022 dan diskusi ini mencoba membahas berbagai permasalahan yang ada dalam pengelolaan dana tersebut.

Alia Swastika menyampaikan bahwa dana Indonesiana digunakan tim untuk pengembangan kelembagaan seni Biennale Jogya 17 (kantor dll) dan pembiayaan berbagai pertunjukan seni. Organisasi yang dikembangkan Alia sudah berjalan 10 tahun dan selama ini selalu berjibaku dengan permasalahan dana. Dana Indonesiana digunakan untuk mewujudkan berbagai misi dan mimpi yang selama ini sulit diwujudkan tanpa dukungan dana indonesiana. Biennale Jogya 17 merupakan pameran skala internasional sejak 1988 (acara dua tahunan). Biennale Jogya 17  menggali pengetahuan lokal serta internasional seperti negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Kerjasama juga dilakukan dengan negara-negara Eropa Timur. Biennale Jogya 17  tahun 2023 berhasil mengundang 70 seniman dalam dan luar negeri di 13 venue di taman budaya Yogya, dan di ruang-ruang desa. Kegiatan ini berlangsung 45 hari dengan 100 program publik, 500 kolaborator, 150 volunteer, dan kuarang lebih 10 sekolah dan universitas.

 

Linda Hoemar Abidin mengulas bahwa dana Indonesiana adalah bentuk investasi pemerintah terhadap kebudayaan. Investasi kebudayaan ini memerlukan perubahan paradigma berbagai pemangku kepentingan termasuk budayawan. Dana Indonesiana saat ini (2023) sevesar 5 T yang dalam penggunaanya perlu ada arah, prioritas yang jelas dan akuntabel, termasuk pelibatan publik (penggiat seni budaya). Dana indonesiana supaya lebih efektif perlu ada sistem yang terus disempurnakan, selain itu diharapkan dana abadi ini bisa lebih ditingkatkan minimal setara dengan dana riset.

Wisnu Sarjono lebih menyampaikan jumlah dan alokasi dana abadi kebudayaan. Kementerian berhadap dana tersebut bisa membuat para penggiat kebudayaan menerima manfaat besar sehingga tinggal terus mengembangkan aktivitas kebudayaan. Kementerian berusaha memudahkan sistem pelaporan dana kebudayaan sehingga budayawan tidak merasa direpotkan. Dana abadi memang menurut beliau tidak boleh dimanfaatkan, jadi jasa dari dana itu yang boleh digunakan sebesar ratusan miliar. Kemenkue memberikan keleluasaan dengan cara ketika kontrak ditandatangani, maka 80% dana tersebut langsung cair.

Alex Sihar menjelaskan tentang pelaksanaan dana indonesiana selama setahun ini yang menemui banyak kendala. Adanya dana abadi kebudayaan merupakan salah satu rekomendasi KKI 2018.  Kemdikbud membuat platform dana indonesiana. Dana Indonesiana berasal dari APBN, dana abadi kebudayaan. dan dana abadi pendidikan. Salah satu tantangan besar menurut Alex adalah perbedaan logika perencanaan APBN dengan kegiatan kebudayaan itu sendiri. Pelaku kebudayaan bukanlah perusahaan yang memiliki intensitas yang jelas, objek pajak, AD/ART . Sehingga pembiayaan yang akuntabel yang sesuai dengan logika kebudayaan perlu dilakukan dengan cara lain. Penggiat kebudayaan juga memerlukan pengetahuan tambahan mengenai pengelolaan keuangan, pelaporan keuangan, pajak, dan lan sebagainya.

Comments are closed.