Tradisi Malam Selikuran

Tradisi malem selikuran merupakan tradisi budaya yang bersifat religius dan penuh dengan makna. Hal ini merupakan sebuah keistimewaan karena adanya keselarasan antara agama (Islam) dengan budaya Jawa, dan bahkan keduanya saling menguatkan. Proses pelaksanaan tradisi malem selikuran Keraton Kasunanan Surakarta dilaksanakan secara rutin setiap tahun tepatnya pada tanggal 20 Ramadhan malam dengan diadakannya upacara selamatan dengan tumpeng seribu. Sebelum tahun 2011, tradisi selikuran ini selalu dilaksanakan di Taman Sriwedari, tetapi sekarang tempat pelaksanaannya dipusatkan di Masjid Agung Surakarta.

Proses tradisi malem selikuran, dimulai dengan membawa tumpeng yang berjumlah seribu dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta yang dipimpin oleh seorang patih dengan diiringi pembesar keraton dan para abdi dalem. Sejak masa kepemimpinan Pakubuwono IX, iring-iringan sesaji berupa tumpeng seribu ini berangkat dari halaman Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Pada masa kekuasaan Pakubuwono XII, iring-iringan tumpeng seribu berangkat dari Keraton menuju Taman Sriwedari. Tumpeng yang berjumlah seribu diletakkan didalam Ancak-canoka dengan formasi berjajar dua-dua dan diapit para abdi dalem.

Comments are closed.