Penemuan Penting di Museum Sangiran III

Disebut sebagai Sangiran XVII , sesuai nomor seri penemuan yang diberikan yakni temuan fosil tengkorak Homo erectus yang ke-17. Fosil ini ditemukan dalam kondisi yang sangat baik, karena bagian atas atap tengkorak, dasar tengkorak, dan muka masih terawetkan dengan baik. Fosil tengkorak ini adalah satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang memiliki “wajah” saat ditemukan. (Meilinda dkk, 2017: 29) sehingga disebut sebagai temuan Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara. Menurut Meilinda dkk dalam buku berjudul “Katalog Homo erectus Sangiran”, “Nilai penting temuan ini sangat besar karena fosil sangiran XVII dijadikan acuan dalam merekontruksi wajah Homo erectus”. Sangiran 17 merupakan satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang memiliki struktur wajah lengkap ketika ditemukan. Fosil ini memiliki nilai penting dalam merekonstruksi wajah Homo erectus namun dalam konteks yang luas, fosil ini menjadi pembanding dari temuan fosil Homo Erectus lainnya. Hal yang sangat menarik adalah berdasarkan penelitian bahwa manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar 50 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari jumlah seluruh fosil manusia purba yang pernah ditemukan di wilayah Indonesia dan merupakan 50 % dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia. (Widianto, et.al., 1996). Persentase ini menunjukan luar biasa banyaknya temuan fosil manusia purba Sangiran yang menjadi keistimewaan bagi bangsa IIndonesia. Bahkan Situs sangiran melebihi beberapa situs penting yang ada di dunia, seperti Zhoukoudian (Cina), Dana Wilandra (Australia), Olduvai (Tanzania), sehingga ICOMOS mengajukan Sangiran untuk masuk dalam warisan dunia UNESCO. Situs Sangiran memberikan sumbangan sangat besar bagi ilmu pengetahuan, hal ini terlihat dari banyaknya fosil-fosil purba baik fosil manusia purba, hewan, maupun tumbuhan. Setiap lapisan tanah yang membentuk kubah Sangiran mencerminkan perkembangan peristiwa yang terjadi di masa lampau, yang menjadi penting untuk dipelajari. Sebelum adanya penelitian yang dilakukan Von Koenigswald, Sangiran dulunya merupakan desa kecil. Namun setelah fosil manusia purba berhasil ditemukan disana pada 1936, keberadaan Sangiran mulai diperhitungkan. Banyak dan lengkapnya temuan fosil purba di Sangiran menunjukan dunia bahwa Sangiran menjadi situs penting yang dapat mengungkap peristiwa masa lampau.

Comments are closed.