Penemuan Penting di Museum Sangiran IV

Temuan fosil-fosil purba di sangiran memberikan gambaran pengetahuan mengenai ciri-ciri fisik manusia purba seperti jumlah volume otak, bentuk dagu, rahang wajah, kemampuan berjalan sehingga dapat diketahui tingkat kemajuan kehidupannya. Beberapa penemuan tersebut dibedakan menjadi empat taxon yaitu Pithecanthropus robustus (S4), Pithecanthropus dubius (S5), Pithecanthropus erectus (S2 dan S3), dan Meganthropus palaeojavanicus (S6a) (Anjarwati, 2009: 5-6). Beberapa penemuan tersebut dibedakan menjadi empat taxon yaitu Pithecanthropus robustus (S4), Pithecanthropus dubius (S5), Pithecanthropus erectus (S2 dan S3), dan Meganthropus palaeojavanicus (S6a) (Anjarwati, 2009: 5-6). Penemuan-penemuan yang disebutkan di atas dibedakan dalam empat taxon tersebut saat ini lebih dikenal sebagai Homo arkaik yaknibMeganthropus Palaeojavanicus dan Homo tipik, termasuk didalamnya Pithecanthropus robustus, Pithecanthropus dubius, dan Pithecanthropus erectus. Dari penemuan-penemuan baru inilah diperoleh informasi dan pengetahuan baru terkait evolusi fisik manusia purba. Urutan evolusi fisik manusia purba di situs sangiran dimulai dari Homo arkaik, Homo tipik, dan Homo progresif. Homo tipik merupakan bentuk evolusi fisik manusia purba yang masih sederhana dimana belum ditemukan perubahan fisik yang berarti. Homo tipik merupakan tahapan perkembangan fisik manusia purba dari ciri-ciri fisik yang sudah ada sebelumnya. Dan Homo progresif merupakan jenis manusia purba dengan ciri fisiknya telah berkembang lebih pesat dibandingkan dengan Homo arkaik dan Homo tipik (Hermawati, 2005: 70-74). Penemuan lainnya yaitu penemuan berbagai fosil hewan maupun tumbuhan yang hidup di Sangiran pada masa purba. Fosil hewan yang ditemukan mencakup hewan yang hidup di darat, di laut maupun di rawa-rawa, reptil, hingga vetebrata. Fosil tumbuhan yang ditemukan di Sangiran berupa fosil kayu terutama pada bagian batang. Jenis temuan fosil binatang dan hewan yang ada di Sangiran memiliki habitat (tempat hidup) yang beragam mulai yang hidup di padang rumput, hutan, laut, rawa-rawa, maupun di daerah bakau (Depdikbud, 1994/1995: 12-32). Hal ini juga memberikan pengetahuan baru bahwa keadaan alam di Sangiran telah mengalami perubahan akibat faktor geologi dan bencana alam. Sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan yang memunculkan habitat dan spesies baru dari hewan maupun tumbuhan yang ada di Sangiran saat itu.

Comments are closed.