PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROYEK AKU INGIN TAHU (TINJAUAN ILMIAH)

Dipresentasikan pada Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, APPS di Bandung tanggal 18-20 Maret 2011

[1] Guru SMA Negeri 1 Cibadak Sukabumi. Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung (1991) dan Program Pascasarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (2006).

[1] Permendiknas No. 22 Tahun 2006

 

Ade Munajat[1]

 

 

Latar Belakang

 

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan  masyarakat  di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.[2]

Dalam hubungan itu mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Di dalam mata pelajaran sejarah, materi pelajaran merupakan pilihan yang mengandung antara lain nilai-nilai seperti :

  1. mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik;
  2. memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan;
  3. menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;
  4. sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
  5. berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.[3]
Dalam konteks tersebut mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
  1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan;
  2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan;
  3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau;
  4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang;
  5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.[4]

Memahami arti dan tujuan seperti di atas, mata pelajaran sejarah ialah mata pelajaran yang sangat penting. Arti pentingnya terutama berkenaan dengan segi pembinaan bangsa guna menanamkan ingatan kolektif sebagai warga bangsa dan dunia.

 

 

Rumusan Masalah

 

Seiring dengan  hal itu  timbul berbagai anggapan yang tidak menguntungkan yang menyatakan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang tidak penting karena tidak di UASBN-kan, pelajaran yang membosankan karena melulu hapalan, pelajaran yang tidak menantang karena tidak menunutut berfikir keras seperti halnya pelajaran eksakta, pelajaran yang usang dan itu-itu saja karena di SD, SMP, pernah dipelajari, pelajaran yang syarat subyektivitas dan menjadi alat pembenar penguasa. Dan karena itu pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membuat siswa mengantuk di kelas, hampir tidak memiliki selera untuk mempelajarinya.[5]

Stigma sebagaimana dipaparkan di atas merupakan tantangan yang harus dipecahkan guru mata pelajaran sejarah agar pelajaran sejarah mencapai tujuannya. Stigma harus dipecah dengan terus menerus mengeksplorasi alternatif metode sehingga ditemukan sebuah metode yang sesuai dengan karakteristik materi dalam pelajaran sejarah yang akan memotivasi siswa untuk asyik belajar sejarah, sehingga belajar sejarah tidak lagi membosankannya, dan bahkan belajar sejarah itu sebagai sesuatu yang menantang siswa untuk berfikir keras sama halnya dengan pelajaran eksakta lainnya. Dengan begitu, akhirnya, siswa memiliki gairah dan selera belajar yang tinggi.

Guna memecah kebekuan stigma tersebut, ditawarkan sebuah alternatif metode yang disebut dengan: Proyek Aku Ingin Tahu. Metode tersebut sebaiknya dikombinasikan dengan: Proyek Laporan Perasaan.

 

 

Kajian Teori

 

Proyek Aku Ingin Tahu

Metode Proyek Aku Ingin Tahu, berlandas pada suatu teori yang semula dikembangkan oleh Jerome Bruner (1966) dengan sebutan teori memeroleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Dalam perspektif Bruner, tujuan belajar bukan hanya untuk memeroleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memeroleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan intelektual para siswa, dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka.[6] Implikasi teori Bruner terhadap pembelajaran ialah bahwa tujuan-tujuan mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar seperti halnya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini. Dan tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama. Dalam kaitan itu guru berperan sebagai perencana proses pembelajaran,  pengendali proses itu, dan pemberi nilai terhadap hal yang menjadi prinsip dasar mengenai materi yang dipelajari siswa.[7]

 

 

Laporan Perasaan

 

Adapun laporan perasaan ialah suatu bentuk empati terhadap peristiwa yang telah diperoleh siswa melalui proyek aku ingin tahun tadi. Laporan perasaan menemukan landasan pada teori belar dari Ausubel yang menyatakan bahwa, ada dua dimensi belajar, yaitu dimensi belajar penerimaan atau penemuan dan dimensi belajar bermakna yang merupakan suatu kontinum dan bukan suatu dikhotomi. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan pada sumber yang ada dalam struktur kognitif, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat dikaitkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, karena konsep-konsep ini tidak mirip dengan informasi baru itu.[8]

Berlangsung tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur kognitif, serta kesiapan dan niat siswa untuk belajar bermakna, dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.[9]

Dari penjelasan itu, laporan perasaan dimaknai sebagai bagian dari penghayatan atas proses dalam kerangka memberi kebermaknaan terhadap materi pelajaran. Bentuk laporan perasaan berupa ungkapan perasaan terutama yang mengungkapkan pengandaian apabila siswa hadir sebagai proses dan menjadi bagian dari proses peristiwa yang dipelajarinya. Selain itu, siswa dikendalikan untuk secara bersama-sama menarik kesejajaran peristiwa yang menggambarkan serta merefleksikan persoalan-persoalan kelampauan dalam persoalan-persoalan kekinian dan disini.

 

 

Pembahasan

 

Dari penjelasan sebagaimana di atas dikembanglanlah suatu model metode yang disebut dengan Proyek Aku Ingin Tahu. Proyek ini memiliki isi pokok sebagai berikut:

  1. Standar Kompetensi (SK)
  2. Kompetensi Dasar (KD)
  3. Standar Kelulusan (SKL)
  4. Apa yang ingin diketahui oleh siswa. Keingintahuan siswa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dirinya sendiri.
  5. Dengan cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa tersebut dapat di jawab.
  6. Sumber-sumber informasi apa  sajakah yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa itu.
  7. Kapan siswa dapat menjawab dan menyelesaikan tugasnya yang direncanakannya itu.

 

Model Laporan Perasaan dapat berupa karangan bebas dengan pokok isi antara lain:

  1. Seandainya aku lahir, hidup, dewasa di dalam masa lalu peristiwa sejarah yang tengah dipelajarinya, aku akan berfikir, dan berbuat sesuatu yang dapat memberi kemanfaatan yang luas bagi masyarakat.
  2. Seandainya persoalan-persoalan yang ada di dalam peristiwa sejarah itu saat ini berada dihadapanku maka aku akan berfikir dan berbuat sesuatu yang akan membawa kemanfaatan bagi masyarakat.
  3. Bekal apakah yang sekiranya dapat mendorong aku dapat berfikir dan berbuat untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan saat ini seperti halnya telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh sejarah yang telah aku pelajari.

Seluruh isi tersebut dapat dituang dalam bentuk format yang lebih efisien agar siswa dapt mengerjakannya secara efektif sebagai mana format di bawah ini:

 

Nama Siswa  
Kelas  
Standar Kompetensi  
Kompetensi Dasar  
Apa yang ingin aku ketahui?

(dari SK/KD yang dipilih siswa)

1. ……………………………………………
2. ……………………………………………
3……………………………………………..
4. ……………………………………………
dst.
Bagaimana cara agar aku tahu? ………………………………………………
Apa yang aku tahu? ………………………………………………
Apa manfaat pengetahuan itu bagi diriku? ………………………………………………
Kapan aku akan menyelesaikan proyekku ini? ………………………………………………
Berapa aku akan memberi nilai pada proyek yang aku kerjakan ini?

 

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

Laporan perasaan:

1. Seandainya aku lahir, hidup, dewasa di dalam masa lalu peristiwa sejarah yang tengah dipelajarinya, aku akan berfikir, dan berbuat sesuatu yang dapat memberi kemanfaatan yang luas bagi masyarakat.

2.  Seandainya persoalan-persoalan yang ada di dalam peristiwa sejarah itu saat ini berada dihadapanku maka aku akan berfikir dan berbuat sesuatu yang akan membawa kemanfaatan bagi masyarakat.

3. Bekal   apakah   yang   sekiranya dapat mendorong  aku dapat berfikir dan berbuat untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan saat ini seperti halnya telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh sejarah yang telah aku pelajari.

 

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

………………………………………………

 

 

Kesimpulan

 

Dalam hal yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai yang ada dalam peristiwa sejarah, metode proyek aku ingin tahu beserta laporan perasaan ini dapat disodorkan sebagai alternatif. Sodoran alternatif ini sebagai bagian dari upaya memecahkan kebekuan stigma dan kesimpulan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang itu-itu saja dan begitu-begitu saja.

 

 

Daftar Bacaan

 

Glover Derek, dan Sue Law.( 2005). Memperbaiki Pembelajaran. Praktik Profesional di Sekolah Menengah. Grasindo Widiasarana Indonesia. Jakarta.

 

  1. Given Barbara. (2007). Brain-based Teaching: Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif. PT. Mizan Pustaka. Bandung.

 

Ratna Willis Dahar (1966). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

 

Permendiknas No. 22 Tahun 2006

 

Tempo No. 11 Tahun XVII-16 Mei 1987.

 

[1] Guru SMA Negeri 1 Cibadak Sukabumi. Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung (1991) dan Program Pascasarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (2006).

[2] Permendiknas No. 22 Tahun 2006

[3] Ibid.

[4]  Ibid.

[5] Tempo No. 11 Tahun XVII-16 Mei 1987. Stigma ini sejauh pengalaman dalam pemelajaran sejarah masih kuat tercitrakan

[6] Jerome Bruner 1966 dalam Ratna Willis Dahar (1966). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta. Hal 106.

[7] Ibid. hal 109.

[8] Ibid. hal 132-133.

[9] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *