Sejarah Situs Ratu Boko I

Situs Kraton Ratu Boko terletak di atas perbukitan Boko dengan ketinggian 195.9 Tmeter di atas permukaan air laut. Luas situs sekitar 160.898 M2 yang terletak di wilayah dua desa, yaitu desa Dawung dan desa Sambirejo yang semuanya termasuk wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi tersebut berada di sebelah selatan Candi Prambanan yang berjarak kurang lebih tiga kilometer. Struktur bangunan yang berada di sebelah timur situs Ratu Boko antara lain : Candi Barong, Stupa Dawangsari, Candi Miri, Candi Ijo, dan beberapa reruntuhan bangunan. Rekonstruksi tinggalan arkeologi di situs Ratu Boko menciptakan suasana yang dramatis, seperti misalnya gapura utama, teras-teras paseban, pendapa, tempat, penampungan air, dan keputren. Persebaran gugusan bangunan tersebut menyajikan gambaran lingkungan klasik yang sangat indah di kawasan punggung bukit. Gugusan-gugusan bangunan yang dapat dilihat dengan jelas membuktikan suatu usaha mengolah permukaan bukit yang tidak rata menjadi lahan datar untuk memungkinkan dibangun struktur bangunan di atasnya. Di sisi lain cara pembangunannya menyesuaikan kontur bukit yang ada, bahkan memanfaatkan cadas alam yang telah tersedia. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan. Situs Ratu Boko dibangun sekitar abad ke VIII M dan mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbeda yaitu Buda dan Hindu. Selain dari prasasti, adanya dua latar belakang agama yang berbeda. Menurut lokasinya, bangunan-bangunan di situs Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu : kelompok Gapura Utama, kelompok Pase ban, kelompok Pendapa, kelompok Keputren, dan kelompok Gua. Kelompok Gapura Utama terletak di sebelah barat yang terdiri dari gugusan Gapura Utama I dan II, talud, pagar, candi Pembakaran dan sisa-sisa reruntuhan. Kelompok Paseban terdiri dari batur Paseban dua buah, talud dan pagar Paseban termasuk Gapura, dan beberapa umpak batu.

Comments are closed.