Pengelolaan Situs Ratu Boko III

Masyarakat lokal sebenarnya merupakan pihak yang paling terkena dampak langsung kegiatan pariwisata, baik itu dampak positif maupun dampak negatif karena mereka harus berhadapan dengan kegiatan pariwisata setiap harinya. Namun demikian, mereka tidak terlibat langsung dalam pengelolaan Kawasan Ratu Boko. Partisipasi masyarakat lokal di Kawasan Keraton Ratu Boko secara tidak langsung adalah bukti bahwa mereka turut serta menjaga keamanan lingkungan, mengingat salah satu faktor utama pengelolaan warisan budaya adalah faktor keamanan. Selain itu, melalui BPCB Yogyakarta atau PT. TWC BPRB mereka dilibatkan dalam event-event yang diadakan oleh BPCB maupun Taman Wisata, misalnya pentas kesenian, jelajah wisata atau dilibatkan sebagai tenaga lokal dalam pemugaran. Pada saat wawancara dengan tour guide disebutkan bahwa SDM yang ada disekitar wilayah tersebut diberdayakan lewat kerja kontrak perhari, perminggu, dan tetap sebagai bentuk usaha dalam memajukan kesejahteraan masyarakat sekitar. Tour Guide pun dipekerjakan dari warga lokal untuk membantu dalam lapangan kerja. Peran dari warga sekitar pun sangat membantu dalam memajukan kesejahteraan ekonomi disana. Seperti Asosiasi Usaha Pariwisata (HPI, PAPTA, Asita, PHRI) juga merupakan stakeholder yang terlibat tidak langsung dalam pengelolaan Kawasan Keraton Ratu Boko kepada wisatawan sebagai salah satu destinasi yang layak dikunjungi. Pengelolaan situs Ratu Boko tentunya membutuhkan dana segar untuk pemeliharaan dan pelestarian situs. Dengan daya tarik yang dimiliki, situs wisata candi diharapkan mampu menarik wisatawan untuk datang sehingga dapat menghasilkan dana dari tiket masuk yang ditetapkan.

Comments are closed.