Makna Tradisi Malam Selikuran

Tradisi malam Selikuran di Keraton Kasunanan Surakarta dengan segenap ubo rampe adalah bentuk budaya tradisional yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Makna yang terkandung didalam tradisi malem selikuran adalah makna teologis dan juga estis yaitu bahwa tradisi malem selikuran mengingatkan manusia (umat Islam) untuk senantiasa mengingat Tuhan dan memperbaiki akhlaq. Tumpeng seringkali menjadi simbol masyarakat keraton, khususnya dalam grebeg dan upacara tradisional keagamaan. Tumpeng yang berbentuk segitiga melambangkan teologi (tauhid). Teologi adalah kesatuan tiga unsur yang membentuk konfigurasi segitiga sama sisi dengan memposisikan Tuhan pada titik atas (puncak) sedang titik-titik di bawah ditempati manusia dan alam (Simuh, 2000: 18). Tumpeng bukanlah kharakter khas ritual malem selikuran karena tumpeng juga dipakai dalam grebeg dan ritual yang lain. Tumpeng memiliki sejarah yang panjang didalam tradisi budaya spiritual di Jawa, bahkan sebelum era Hindu. Apa yang menjadi khas dari tumpengan tradisi selikuran adalah jumlahnya yang mencapai tepat 1000 buah sebagai simbol 1000 bulan.

Comments are closed.