Sejarah Lokal di Indonesia: Harapan dan Tantangan

Oleh: Murdiyah Winarti

Abstrak

Di perguruan tinggi, studi tentang sejarah lokal mulai banyak dilirik oleh para mahasiswa sebagai salah satu pilihan mereka mengembangkan penelitian. Bila dilihat dari sudut tema, kemungkinan bagi penulisan dan pengembangan materi sejarah lokal tidak kalah menarik dan tidak terbatas pada aspek politik saja. Semua aspek kehidupan sehari-hari masyarakat yang dianggap penting di lingkungan setempat dapat menjadi perhatiannya. Sejarah lokal memberikan kesempatan seseorang untuk mengenal lebih baik lingkungan tempat tinggalnya, dan pada akhirnya akan menumbuhkan rasa bangga terhadap dirinya. Terbuka luas bagi siapa saja untuk mengembangkan meteri sejarah lokal bagi kepentingan pembelajaran baik di perguruan tinggi maupun di tingkat persekolahan. Namun sayangnya di Indonesia sumber-sumber sejarah lokal, khususnya sumber tertulis dan sumber benda relatif terbatas keberadannya, sehingga masih banyak bertumpu pada sumber lisan yang meliputi sejarah lisan (oral history) dan tradisi lisan (oral tradition).

Pengantar

Setiap bangsa pasti akan menuliskan sejarahnya, sebagai perwujudan dari identitas diri yang sarat dengan berbagai dinamika dalam mendirikan maupun membangun bangsa yang bersangkutan, maka sejarah nasional menjadi sangat penting. Meskipun begitu dalam perjalanan waktu kemudian disadari bahwa kecenderungan penulisan sejarah yang nasional sentris dapat mengabaikan realitas dinamika sosial yang majemuk, yang ada di masing-masing bagian wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja sangat disayangkan, mengapa?, karena dikhawatirkan akan mengabaikan makna bagi komunitas tertentu, terutama yang menyangkut sejarah di lingkunagan sekitarnya. Selanjutnya ditenggarai dapat merugikan keberadaan bangsa Indonesia sendiri yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan adat, budaya, agama serta bahasa yang beragam. Kecenderungannya identitas keindonesiaan tidak mampu menjamin semua warga negara dapat tinggal di seluruh wilayah Indonesia secara aman dan damai.

Melihat gejala tersebut sudah saatnya untuk lebih menggalakkan penulisan sejarah dengan mengambil materi dari berbagai komunitas atau masyarakat yang tersebar di wilayah Indonesia sebagai bentuk kepedulian mengenai keberadaan mereka, sehingga hal-hal di atas tidak akan terjadi. Penulisan sejarah lokal di lingkungan perguran tinggi memang sudah mulai menampakkan hasilnya, namun sayangnya masih dalam bentuk laporan penelitian dosen, dan penelitian mahasiswa meliputi: sekripsi, tesis, maupun disetasi. Sebagain besar masih tersimpan di perpustakaan masing-masing perguruang tinggi yang bersangkutan,   jarang yang kemudian diterbitkan agar hasil penelitian tersebut dapat dibaca secara luas oleh siapa saja. Sementara di lingkungan persekolahan, dalam proses pembelajaran sejarah, penggunaan sumber belajar masih terbatas pada penggunaan buku teks, baik oleh guru maupun siswa, bahkan sebagai satu-satunya yang dipandang paling tepat dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Masih jarang dijumpai adanya tulisan tentang sejarah lokal yang disusun sebagai bahan bacaan bagi siswa setempat.

Menyinggung tentang ketersediaan sumber untuk penulisan sejarah lokal di Indonesia umumnya masih pada bentuk sumber lisan, maupun sumber benda (bangunan, monumen, artefak, dll), sedangkan sumber tertulis dapat dikatakan terbatas. Kondisi ini diharapkan tidak menyurutkan semangat untuk melakukan penelitian atau menuliskan sejarah lokal di berbagai tempat di Indonesia. Melalui sumber yang paling banyak tersedia yakni sumber lisan, penelitian dan penulisan sejarah lokal bisa dimulai. Pengalaman masyarakat di lingkungan tertentu (lokal) masih banyak tersimpan dalam memori kolektif mereka, karena sebagian besar dari masyarakat (Indonesia) memang belum memiliki kesadaran tinggi untuk menuliskan pengalamannya.

Mengembangkan Penelitian Sejarah Lokal di Indonesia:

Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan tentang dinamika sosio-kultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih mendalam. Dalam hal ini sejarah lokal mempunyai peran yang strategis serta memberikan kemungkianan yang luas dalam mengembangkan penulisan sejarah nasional, meskipun tanpa dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi dilingkup yang lebih luas. Terdapat hubungan yang signifikan antara sejarah lokal dengan nasional, meskipun tidak semua sejarah lokal menjadi bagian dari sejarah nasional, karena dalam dirinya juga melekat aspek sosio-kultural yang ‘otonom’ sifatnya. Seringkali hal-hal yang ada di tingkat nasional baru dapat dipahami dengan melihat apa yang terjadi di tingkat lokal, karena hal-hal ditingkat yang lebih luas itu biasanya hanya memberikan gambaran dari pola-pola serta masalah-masalah umumnya, sedangkan situasinya yang lebih konkrit dan mendetail baru dapat diketahui melalui gambaran sejarah lokal (Kartodirdjo, 1982, hlm. 35). Sejarah lokal tetap memiliki arti yang sangat penting bagi komunitas masyarakat yang tinggal di wilayah geografis tertentu. Betapa relatifnya batas lingkup sejarah lokal (sejarah mikro) dan sejarah nasional (sejarah makro), perbedaan itu sesungguhnya terletak pada perbedaan tekanan yang diberikan oleh sejarawan atau peneliti sendiri (Widja, 1991, hlm. 39).

Kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penulisan sejarah lokal sangat terbuka, hampir tak terbatas. Bila dilihat dari sudut tema dapat dipilih antara lain seperti: dinamika masyarakat pedesaan; pendidikan sebagai faktor dinamisasi dan interaksi sosial; interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk; serta biografi tokoh lokal. Memberi kesempatan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sejarah lokal yang berceritera kehidupan lingkungan sekitar yang tentunya tidak semata-mata berkaitan dengan aspek politik saja (Supardan, 2004, hlm. 3). Dalam hal ini berarti tidak harus merupakan suatu peristiwa sejarah formal, yang tercatat dan dikenal secara nasional, namun tetap harus ada bukti atau sumber apapun jenisnya (lisan, tertulis dan sumber benda). Apa yang pernah dilakukan dan dialami oleh masyarakat tersebut dapat menjadi pengatahuan berharga, yang bagi pendidikan sejarah diperlukan dalam membangun berbagai nilai positif pada diri peserta didik menyangkut  (mahasiswa dan siswa) (Mulyana, 2012, hlm. 125).

Ada peristiwa di tingkat lokal yang memberikan konstribusi atas keberadaan sejarah nasional, contoh: Peristiwa Bandung Lautan Api; Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Aceh, Peristiwa Perlawanan Pada Masa Revolusi kemerdekaan yang terjadi di berbagai daerah, dan sebagainya. Bahwa peristiwa yang terjadi ditingkat lokal dapat merupakan simpul pengikat bangsa, demikian pula sejarah lokal dapat memperkaya pembendaharaan sejarah nasional, bahkan sejarah lokal dapat untuk memperkuat atau mengecek generalisasi tentang peristiwa yang ada pada tingkat nasional (Douch, 1967, hlm. 3). Paling penting dari semua itu sejarah lokal sering membantu untuk mengatasi hambatan antara sekolah dan dunia nyata, hal ini dapat dicapai hanya apabila mereka memahami tentang pentingnya penggunaan bahan lokal yang tepat (Douch, 1967, hlm. 7).

Berkaitan dengan sejarah lokal, dimana materinya dekat dengan pengalaman nyata, maka akan muncul nilai-nilai yang dianggap penting tentang realitas kehidupan di lingkungan sekitarnya. Bila tidak ada nilai, maka tidak ada gunanya belajar sejarah (lokal), selain itu juga sejarah lokal akan kehilangan esensinya. Selanjutnya diharapkan membantu mengenal dirinya dalam kaitan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga menumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah, kebersamaan dalam memiliki riwayat masa lampau. Setiap warga negara Indonesia harus mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di lingkungan sekitarnya (lokal), begitu juga bagi setiap warga negara dimana saja sangat diharapkan mengetahui sejarah  nasionalnya, oleh karena itu tidaklah keliru bila muncul pemikiran bahwa sejarah (lokal maupun nasional) harus diajarkan di tingkat persekolahan. Berdasarkan pengalaman orang lain di masa lampau, manusia dibekali dalam menghadapi situasi yang sama pada masa kini, memberikan pengertian dan pemahaman, menstimulasi imajinasi sera membentuk kerangka berfikir.

Oleh sebab itu bebagai hasil penelitian dan penulisan sejarah lokal (sekripsi, tesis, disertasi, dll.) yang masih tersimpan di perpustakaan perguruan tinggi setempat harus segera mendapat perhatian agar dapat dimanfaatkan secara lebih luas. Salah satu langkahnya adalah diterbitkan, yang tentunya harus melewati editing tertentu atau penyesuaian, sehingga dapat dibaca dan diakses secara luas oleh siapapun. Untuk kepentingan pendidikan di tingkat persekolahan (dasar dan menengah) cerita sejarah yang dipilih dan disajikan sebagai materi pembelajaran tidak kering dari nilai-nilai. Setiap peristiwa sejarah syarat dengan nilai dan makna karena berhubungan dengan kehidupan manusia, oleh karena itu mengabaikan unsur nilai akan mempersulit proses identifikasi diri dan jatidiri bangsa.

Kerap hasil penelitian atau tulisan mereka merupakan satu-satunya yang disusun berkaitan dengan peristiwa yang dianggap penting di lingkungan setempat. Dengan kata lain sebelumnya tidak ada yang meneliti dan kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan, bisa karena keterbatasan sumber maupun ketidaktahuan bahwa peristiwa itu penting bagi lingkungan sekitar. Dapat dikatakan bahwa potensi mahasiswa sejarah pada khususnya, dalam mengembangkan penelitian dan penulisan sejarah lokal di Indonesia relatif besar. Selain mereka telah memiliki cukup pemahaman mengenai metode sejarah, juga secara langsung maupun tidak telah mengawali dalam mendokumentasikan peristiwa penting berkaitan dengan sejarah lokal di tempat tertentu. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang memiliki Prodi Sejarah/ Pendidikan Sejarah juga dapat memfasilitasi agar penelitian dan penulisan sejarah lokal semakin berkembang, dengan menggandeng Dinas Pendidikan di kabupaten/kota, ataupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah, umpamanya.

Materi sejarah lokal mempunyai peran besar dalam upaya menghadirkan peristiwa kesejarahan yang dekat dengan lingkungan masyarakat sekitar. Sifat elastisitas sejarah lokal mampu menghadirkan berbagai fenomena, baik berkaitan tentang latar belakang keluarga (family history), sejarah sosial dalam lingkup lokal, peranan pahlawan lokal dalam perjuangan lokal maupun nasional, kebudayaan lokal, asal-usul suatu etnis, dan berbagai peristiwa yang terjadi pada tingkat lokal. Sebagai contoh bagaimana mengembangkan penelitian sejarah lokal dengan tema tokoh lokal, peristiwa sejarah (kebudayaan/ tradisi lokal) dan bangunan/ gedung bersejarah adalah sebagai berikut:

  1. Tokoh lokal, ada beberapa hal yang perlu ditekankan dalam benak peneliti antara lain dengan mempertanyakan: siapa sesungguhnya tokoh lokal tersebut (nama, tempat tinggal, latarbelakang kehidupannya), dalam aspek apa tokoh tersebut berkiprah, bagaimana peran yang dilakukakannya untuk lingkungan dan masyarakat sekitar, dan tentunya bagaimana konstribusinya bagi kehidupan masyarakat setempat, dsb.
  2. Peristiwa sejarah (kebudayaan/ tradisi lokal), berbagai pertanyaan dapat dimunculkan seperti: latarbelakang munculnya seni/ tradisi lokal, perkembangan seni/ tradisi lokal selanjutnya, siapa orang yang berperan besar dalam mengembangkan seni/ tradisi lokal tersebut, bagaimana berlangsungnya perubahan-perubahan selama rentang periode tertentu, bagaimana peran masayarakat sekitar dan seniman lokal dalam mengembangkan atau memelihara seni/ tradisis lokal yang ada, dsb.
  3. Bangunan/ gedung bersejarah, berkaitan dengan hal tersebut berbagai pertanyaan dapat dimunculkan antara lain: kapan bangunan/gedung itu dibangun/ pada masa pemerintahan siapa; tujuan & fungsi didirikannya bangunan/ gedung tersebut; dalm kurun waktu tertentu apakah mengalami perubahan baik fisik, dan fungsi dari bangunan dan gedung tersebut; siapa yang melakukan dan mengapa?.

Materi sejarah lokal dapat diperkenalkan ke dalam lingkungan sekolah-sekolah (Sekolah Dasar-Sekolah Menengah Atas) dan perguruan tinggi, dimana siswa/ mahasiswa dapat dilibatkan untuk kegiatan pengembangannya. Menyangkut pengembangan sejarah lokal di jenjang pendidikan dasar dan menengah pada umumnya, sebagai materi pelajaran, sejarah lokal sifatnya komplementer terhadap pelajaran di kelas, topik-topik tidak mesti berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan dikelas, tatapi ada kaitannya dengan situasi di lingkungan siswa/ sekolah berada. Dalam kaitannya dengan hal ini pengajaran sejarah lokal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: melalui studi di luar kelas, melalui pengajaran team teaching di antara guru-guru IPS, atau menyisipkan materi sejarah lokal dalam membahas sejarah Nasional yang berhubungan dengan permasalahan lokal (Supardi, 2006, hlm. 135). Penyampaian materi yang tepat diharapkan rasa kebangsaan siswa dapat dipupuk, sehingga dalam diri siswa akan tertanam dengan mendalam rasa kebangsaan tersebut.

Beberapa tema dapat dipilih untuk kemudian dikembangkan dalam penelitian dan penulisan sejarah lokal diberbagai jenjang pendidikan. Meskipun tema besar yang diusung sama, namun dalam mengembangkannya untuk setiap jenjang pendidikan itu berbeda. Hal ini menyangkut kedalaman dan keluasan dalam menguraikan atau menjelaskannya. Barikut ini adalah tema-tema yang dapat dikembangkan antara lain seperti:

No Tema yang dapat dikembangkan SD SMP SMA PT
1 Tentang tokoh lokal V V V V
2 Sejarah keluarga: silsilah dan peran lainnya V V V V
3 Artefak, benda bersejarah/ bangunan-gedung bersejarah / monumen, dll V V V V
4 Peristiwa sejarah:

a. politik

b. ekonomi

c. sosial

d. budaya

c, d a, b, c, d a, b, c, d a, b, c, d
5 Lingkungan geografi tertentu (topinimi)

 

V V V V

Sumber: Diolah dari Hasan, S.H. (2012). Pendidikan sejarah untuk membangun inspirasi dan mengembangkan aspirasi. Dalam Agus Mulyana (Editor), Pendidikan sejarah Indonesia, isu dalam ide dan pembelajaran . Bandung: Rizqi Press.

Di sisi lain terdapat permasalahan besar yang dihadapi dalam mengembangkan penelitian dan penulisan sejarah lokal di Indonesia yakni adanya keterbatasan sumber, sulit diharapkan tersedianya sumber sejarah yang beragam, bahkan kecenderungannya jenis sumber tertulis maupun arsip jarang. Pada umumnya sumber lokal yang kerap ditemukan berupa sumber lisan dalam bentuk tradisi-tradisi atau ceritera-ceritera setempat yang dituturkan secara turun temurun, dalam beberapa hal kalau beruntung dapat menemukan yang sudah ditulis. Sebagian besar sumber yang tersedia adalah sumber lisan baik itu tradisi lisan (oral tradition) maupun sejarah lisan (oral history), oleh sebab itu dalam mengembangkan sejarah lokal di Indonesia memang sebagian besar informasinya bertumpu pada sumber lisan, berupa memori yang masih tersimpan dalam ingatan orang-orang/ masyarakat yang bersangkutan. Jadi dapat dikatakan bahwa sejarah lokal sangat terkait dengan sejarah lisan dan tradisi lisan karena objek kajiannya terutama adalah peristiwa-peristiwa di suatu lingkungan terbatas atau lokalitas tertentu (Widja, 1991, hlm. 4).

Melalui teknik wawancara yang dikembangkan dengan baik diharapkan mampu mendokumentasikan aspek-aspek tertentu dari pengalaman sejarah yang cenderung segera hilang. Khusus sejarah lisan sangat tergantung pada narasumber yang masih hidup, butuh kerja keras dan segera untuk mengumpulkan memori yang masih ada, dimana tantangan mengenai usia, kesehatan dari para narasumber menjadi perhatian penting dalam mengorek informasi. Memang dalam menggali dan mengembangkan materi sejarah lokal di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari apa yang namanya sumber lisan. Sumber jenis ini juga memiliki potensi besar dalam menggali masa lalu Indonesia, sehingga mampu menghadirkan suatu penulisan sejarah (historiografi) alternatif. Khusus sumber-sumber tertulis pada umumnya sangat terbatas, karena kebiasaan untuk menuliskan segala sesuatu yang pernah terjadi di lingkungan sekitarnya belum merupakan suatu keharusan atau kebutuhan yang perlu dilakukan oleh sebagian dari bangsa ini. Sehingga sumber tertulis mengenai masa lalu suatu komunitas masyarakat di tempat/ geografis tertentu juga jarang diketemukan, kalau ada cenderung sulit dieksplorasi karena menggunakan bahasa setempat, bahkan kemungkinan tidak ada sama sekali. Hal-hal di atas merupakan salah satu faktor yang menjadikan sejarah lokal di Indonesia belum berkembang dengan baik.

Berikutnya, dalam mengembangkan penelitian dan penulisan sejarah lokal di Indonesia kemungkinan akan diwarnai cerita yang berisi sederet fakta maupun mitos, rekonstruksi kembali mengenai peristiwa lokal kemungkinan masih berdasarkan sumber yang belum semunya dianalisis, nuansa anakronisme tentu saja dapat muncul. Akan tetapi bagi mereka yang telah memiliki ketrampilan melakukan penelitian dan penulisan sejarah (lokal), hal-hal di atas dapat diminimalisir ataupun dihindari. Yang jelas bagi siapapaun yang akan melakukan penelitian dan penulisan sejarah harus bersifat objektif, berdasarkan berbagai sumber sejarah, jujur atau tidak memihak dalam mengungkapkan atau menjelaskan peristiwa lokal yang sedang dikaji. Namun, dalam aspek penafsiran akan ditemui berbagai perbedaan dikarenakan sudut pandang, sikap prasangka, bias, sumber yang digunakan dan sebagainya yang tidak sama. Sejarah adalah penceritaan mengenai peristiwa dan bukan peristiwa itu sendiri. Peristiwa itu sendiri tidak bisa ‘diraih’ oleh peneliti secara langsung dan utuh, diperlukan bukti-bukti yang cukup banyak. Itulah sebabnya terdapat berbagai versi dalam sejarah, dengan kata lain tidak ada tulisan atau buku sejarah yang final.

Kesimpulan:

Melihat masa lalu dengan kritis dan proposional akan dapat memahami kehidupan sekarang dan merencanakan kehidupan di masa datang dengan lebih bijaksana. Sejarah menghubungkan generasi sekarang dengan generasi masa lampau, dan tindakan yang dilakukan dimasa kini hanya dapat dijelaskan dan dimengerti dengan menggunakan referensi masa lampaunya, dan sejarah akan membantu menjembatani rentangan waktu tersebut.     Kajian tentang sejarah lokal, akanlah menarik, merupakan sumber kajian yang syarat dengan nilai-nilai kehidupan, hal ini sangat strategis terhadap pembentukan karakter bangsa (nation and character building) melalui pembelajaran sejarah di jenjang persekolahan maupun perguruan tinggi. Suatu pembelajaran yang materinya digali dari lingkungan terdekat, dalam konsep kurikulum disebut expanding community approach. Merupakan peluang bagi sejarawan atau peneliti (guru) untuk menyusun kembali ‘materi ajar’ sejarah, khususya sejarah lokal, sehingga akan lebih bermakna. Posisi materi sejarah lokal dalam kurikulum dianggap penting karena pendidikan harus dimulai dari lingkungan sekitarnya, dan siswa harus menjadi dirinya sebagai anggota masyarakat terdekat.

Sementara itu masalah keterbatasan sumber (tertulis) hendaknya jangan dianggap sebagai penghalang besar dalam upaya merekonstruksi kembali sejarah lokal, toh masih ada sumber benda dan terutama sumber lisan yang relatif banyak.   Kajian ilmiah setingkat sekripsi, tesis, dan disertasi terkait dengan pengembangan materi sejarah lokal merupakan potensi besar untuk ditindaklanjuti agar dapat diakses secara luas oleh siapapun. Perguruan tinggi, khususnya Prodi/ Departmen Pendidikan Sejarah dan Prodi Pendidikan IPS (Social Studies Education)  diharapkan melakukan kajian ulang terhadap berbagai penelitian untuk memperkuat hal tersebut.

Daftar Kepustakaan

Abdullah, T. (ed.).  (2010). Sejarah lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Douch, R. (1967).  Local history and the teacher. London: Routledge & Kegan Paul

Finberg, H.P.R. dan Skipp, V.H.T Skipp. (1973). Local history: objective and pursuit. Newtown Abbott: David & Charles

Kartodirdjo, S. (1982). Pemikiran dan perkembangan historiografi Indonesia suatu alternatif. Jakarta: Gramedia.

Mulyana, A. (editor) (2012). Pendidikan sejarah Indonesia, isu dalam ide dan pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Susanto, Z. (2007). ‘Peristiwa sejarah di tingkat lokal dan simpul perekat bangsa’, dalam Mulyana, A & Gunawan, R. Sejarah lokal, penulisan dan pembelajaran di sekolah, (hlm. 103-115). Bandung: Salamina press.

Supardan, D. (2004). Pembelajaran sejarah berbasis pendekatan multikultural dan perspektif sejarah lokal, nasional, global, untuk integrasi bangsa: studi kuasai eksperimental terhadap siswa Sekolah Menengah Umum di Kota Bandung. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana PIPS UPI.

Supardi. (2006). ‘Pendidikan Sejarah Lokal dalam kontek multicultural’. Cakrawala Pendidikan, No. 1 Th. XXV, hlm. 117-137. Yogyakarta: LPPMP UNY.

Widja, I Gde. (1991). Sejarah lokal suatu perspektif dalam pengajaran sejarah. Bandung: Angkasa

Comments are closed.