Ragam Pembelajaran Sejarah Untuk Menyongsong Masa Depan

Oleh: Hansiswany Kamarga 

Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Sejarah  yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Peneliti dan Pendidik Sejarah, Isola Resort 18-20 Maret 2011

PENDAHULUAN

Untuk apa seseorang mempelajari sejarah? Apakah untuk menghafalkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terdapat dalam buku pelajaran siswa? Atau untuk sekadar pengetahuan yang memberatkan siswa belajar? Mengapa siswa pada jenjang pendidikan menengah ke bawah harus belajar sejarah? Mengapa mata pelajaran sejarah wajib ada pada setiap jenjang? Begitu banyak pertanyaan yang diajukan oleh para siswa yang tidak dapat mereka jawab sampai saat ini, sebab guru mereka pun tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.

Sejarah pada hakekatnya adalah ilmu tentang manusia (Kochhar, 2008 : 3), mengkaji kerja keras manusia mencapai keinginannya, kisah tentang apa yang telah dilakukan manusia, apa yang mereka tinggalkan bagi generasi penerus, sumbangan peradaban yang membawa kemajuan baik moral maupun material. Semua ini dapat dilihat dari sejarah yang memberikan gambaran pemahaman terhadap jalannya peristiwa ke peristiwa yang tidak berkesudahan. Dengan demikian sejarah mengandung lingkup waktu, lingkup ruang, penjelasan tentang susunan masa lampau hingga masa kini, dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan. Sejarah juga merupakan cerita tentang perkembangan kesadaran manusia baik secara individual maupun kelompok.

Pada masa kini, pemahaman sejarah sudah semakin ilmiah dan berkembang. Sejarah tidak hanya dipahami sebagai sejarah para tokoh besar, sejarah personal, sejarah para pahlawan, tetapi sejarah yang memberi tekanan pada evolusi, pertumbuhan, perkembangan peradaban manusia. Sejarah tidak hanya merekam peristiwa yang telah lalu, tetapi setelah mencermati perkembangan dari masa ke masa maka dapat dikaji kecenderungan perkembangan masyarakat sehingga dapat diproyeksikan (peramalan) kemungkinan apa yang akan terjadi kemudian, sehingga dengan demikian dapat diantisipasi dalam bentuk intervensi yang diperlukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam bahasa yang senada, Kochhar (2008 : 12) menjelaskan bahwa sejarah pada saat ini dipandang memiliki empat dimensi yakni masyarakat, tempat, waktu, dan gagasan, yang semuanya diperlukan untuk menyusun kisah tentang manusia secara komprehensif. Gagasan merupakan kelanjutan hasil berpikir yang dasarnya adalah pandangan terhadap kecenderungan sehingga mampu untuk mengembangkan proyeksi. Dalam hal ini memahami sejarah tidak hanya mengetahui peristiwa yang sudah terjadi, tetapi juga kemampuan membuat proyeksi agar tidak terjadi kesalahan atau yang sering disebut sebagai belajar dari sejarah.

METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana guru membelajarkan siswanya untuk memahami sejarah sebagaimana yang diungkap pada bagian pendahuluan. Schmoker mengemukakan bahwa apa yang harus guru berikan kepada siswanya agar mau belajar, adalah kombinasi kuat strategi untuk semua siswa meliputi :

  • Adequate amounts of essential subject-area content, concepts, and topics;
  • Intellectual/thinking skills (e.g., argument, problem solving, reconciling opposing views,drawing one’s own conclusions); and
  • Authentic literacy – purposeful reading, writing, and discussion as the primary modes of learning both content and thinking skills. (Schmoker, 2011 : 26).

Pandangan Schmoker ini memadukan antara pentingnya subjek (subject area content) dengan keterampilan (thinking skills), sehingga jika seorang guru akan mengajarkan sejarah, maka pembelajaran sejarah tidak dapat berhenti sampai pada penguasaan materi saja; apalagi jika kemudian guru hanya mengembangkan kemampuan resitasi (mengulang/menghafal/rote learning). Kedua hal ini dapat dilihat dari subject area yang mengandung keterampilan proses dan pengembangan skills itu sendiri.

Pengembangan pembelajaran berdasarkan subjek area dapat dilakukan melalui ragam pembelajaran kronologis, pemanfaatan peristiwa aktual dan permasalahan kontemporer, serta pembelajaran isu-isu kontroversial; sedangkan pengembangan skills sangat bergantung pada kompleksitas isi materi yang akan disampaikan.

Pembelajaran kronologis

Merupakan ragam pembelajaran sejarah yang paling tua, sebab pola pembelajaran didasarkan pada susunan peristiwa sejarah secara kronologis menurut rentetan waktu terjadinya peristiwa atau pembahasan tentang suatu fenomena yang diangkat ke dalam sejarah. Ragam pembelajaran ini dianggap penting sebab unsur waktu menjadi kunci untuk mengenali dan mengelompokkan berbagai unsur dalam suatu situasi. Dalam hal ini waktu terjadinya peristiwa bukan sejarah melainkan tempat peristiwa sejarah bergantung (dalam suatu kurun waktu). Kronologi memberikan dua gagasan yakni tentang perubahan dan kontinuitas setiap peristiwa yang dialami oleh manusia (Kochhar, 2008 : 399-400).

Untuk membangun pemahaman tentang masa lampau dan hubungannya dengan masa kini yang sedang dijalani oleh siswa, maka pemahaman terhadap konsep waktu menjadi begitu penting. Masalahnya adalah guru tidak boleh berhenti sampai pada pembelajaran fakta dengan membeberkan kisah-kisah secara kronologis, sebab jika ini yang terjadi maka kecenderungan yang akan muncul pada diri siswa adalah menghafal (peristiwa, waktu terjadinya, dan sebagainya). Memang siswa harus akrab dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi rentetan berdasarkan tahun kejadiannya (kronologis), tetapi pembelajaran sejarah yang memberi makna tidak berhenti sampai pada pemberian waktu secara kronologis; siswa juga harus dapat memaknai peristiwa sejarah tersebut dalam hubungannya dengan peristiwa lain dan pada akhirnya apa yang dapat diambil dari pembelajaran terhadap peristiwa tersebut. Apakah peristiwa atau kisah sejarah itu memberikan arti bagi pandangan dan kemampuan mengembangkan nalar siswa? Ataukah kisah sejarah itu hanya sekadar sesuatu yang diketahui untuk kemudian dilupakan oleh siswa?

Pemanfaatan peristiwa aktual dan permasalahan kontemporer

Hal-hal yang baru saja terjadi di segala bidang pengetahuan manusia dan dimasukkan ke dalam buku-buku pelajaran disepakati sebagai peristiwa aktual. Peristiwa aktual adalah sejarah yang sedang berlangsung. Peristiwa aktual berisi permasalahan dan isu terkini – dengan dua wajah yang mengarah ke masa lalu dan ke masa depan (Kochhar, 2008 : 430).

Sejarah menitikberatkan fokus permasalahan pada peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, tidak terlalu banyak memberikan kontribusi terhadap peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi saat ini. Posisi peristiwa aktual dalam kajian sejarah adalah :

  • sebagai sarana untuk meningkatkan ketertarikan pada kejadian-kejadian masa kini yang akan menjadi sejarah di masa depan. Dalam hal ini kajian-kajian aktual akan membentuk kecenderungan pemikiran (proyeksi) sehingga kemungkinan terburuk terhadap suatu peristiwa (yang kelak akan menjadi sejarah) dapat diantisipasi.
  • Peristiwa aktual dapat membantu menutup atau menjembatani kesenjangan antara informasi yang terkandung dalam kisah sejarah dengan perkembangan yang terjadi pada saat ini. Di sini posisi peristiwa aktual adalah membantu pemahaman terhadap kisah di masa lampau.
  • Membantu pemahaman terhadap pandangan global. Begitu banyak referensi yang dapat diakses oleh siswa yang mengandung peristiwa-peristiwa aktual dari seluruh bagian dunia, sehingga pandangan dan pemahaman siswa terhadap dunia menjadi lebih luas dan tidak terbatas. Pemahaman terhadap pandangan global ini akan membuat siswa menjadi lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

Pembelajaran isu-isu kontroversial

 Pembelajaran sejarah sangat dekat dengan kontroversial (Kochhar, 2008). Pengetahuan tentang peristiwa atau kisah sejarah sangat terbatas baik terbatas fakta-fakta pendukungnya maupun terbatas saksi yang dapat dijadikan narasumber pertama. Semua itu menimbulkan kesulitan dalam menjalin kisah sejarah seutuhnya. Ditambah lagi dengan interpretasi yang beragam terhadap peristiwa sejarah yang dapat dilihat dari hasil kisah sejarah yang berbeda sudut pandangnya. Hal inilah yang menyebabkan sejarah sangat dekat dengan kontroversi.

Sejarah bukan produk final, sebab pada cerita sejarah masih terbuka kesempatan besar untuk merevisinya, disebabkan sifat sejarah yang mengandung unsur subjektivitas, dan fakta-fakta pendukung kisah sejarah yang sudah pasti tidak lengkap. Setiap generasi perlu mempelajari sejarah dan memperbaharuinya. Kontroversi sejarah memainkan peran penting dengan memahami masa lalu secara lebih baik, karena dalam prosesnya banyak isu dan konsep akhirnya menjadi lebih jelas dan gambaran yang lebih bisa diterima akan muncul, yang kemudian akan diperdebatkan atau dimodifikasi lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Kontroversi dapat dikembangkan melalui kontroversi terhadap fakta-fakta yang sangat terbatas, dan kontroversi yang berkembang karena interpretasi yang berbeda.

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR

Konsekuensi pembelajaran melalui pemanfaatan peristiwa aktual dan permasalahan kontemporer, serta pembelajaran melalui isu-isu kontroversial adalah perlunya pengembangan keterampilan berpikir. Untuk itu diperlukan latihan-latihan terhadap thinking skills. Trilling & Fadel (2009 : 21) menjelaskan, terdapat empat kekuatan utama yang akan membentuk keterampilan abad 21, yakni knowledge work, thinking tools, digital lifestyles, dan learning research.

Kebutuhan akan knowledge work adalah agar siswa dapat mengkreasi dan menghasilkan inovasi dalam rangka memecahkan masalah; thinking tools dianggap sebagai kekuatan yang sangat potensial untuk abad 21 sejalan dengan kecepatan perkembangan informasi dan komunikasi; digital lifestyle merupakan tuntutan gaya hidup yang tidak dapat dihindari dalam rangka mengembangkan thinking tools, jika seseorang gagap teknologi maka ia akan tertinggal jauh; learning research merupakan tuntutan masuk pada abad pengetahuan di mana seseorang dituntut untuk selalu berpikir ibarat seorang peneliti, mencari dan menemukan sesuatu yang baru (Trilling & Fadel 2009 : 24-31).

Pemikiran Trilling & Fadel ini patut dipertimbangkan jika seorang guru akan mengajarkan sejarah. Artinya, meskipun belajar sejarah adalah mempelajari kisah perjalanan manusia di masa lampau, tetapi dalam kegiatan pembelajaran itu seorang guru dituntut untuk berpikir maka kini dan masa depan. Keterampilan berpikir, melakukan penelitian, dan kemampuan menggunakan teknologi informasi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam rangka pembelajaran sejarah.

Shalaway (2005 : 122) memberikan penjelasan “knowing how to think – to extend the mind beyond the obvious and develop creative solutions to problems – should be the outcome of a good education. Out thinking skills affect how well we can receive and process new information.” Pada masa teknologi dan informasi menjadi primadona, maka keterampilan berpikir akan memberikan dampak terhadap bagaimana seseorang menerima dan memproses informasi. Salah satu cara yang dapat dikembangkan oleh guru manakala mengajarkan sejarah adalah dengan mengkreasi atmosfir berpikir. Shalaway (2005 : 122-123) memberikan penjelasan bahwa pencapaian kemampuan berpikir membutuhkan latihan, dan agar latihan dapat dilaksanakan maka guru perlu menciptakan suasana atau atmosfir berpikir di dalam kelasnya. Atmosfir berpikir dapat dikembangkan melalui :

  • Menguji cara berpikir kita tentang berpikir : jangan beranggapan bahwa kecerdasan siswa secara otomatis menggambarkan kemampuannya berpikir. Seringkali siswa tidak mengembangkan kemampuan berpikirnya karena selalu dihadapkan pada pertanyaan mudah level rendah
  • Mulailah membiasakan siswa berpikir sejak dini
  • Berikan siswa sesuatu yang membuat mereka berpikir : biasakan untuk memberikan pertanyaan apa/bagaimana jika……
  • Biasakan siswa untuk melihat dari sudut pandang yang beragam : jawaban yang jelas seringkali bukan merupakan jawaban yang terbaik; berikan pandangan/pertanyaan yang mengandung pro – kontra
  • Dorong siswa untuk menemukan jalinan atau pola yang dapat dikembangkan menjadi keterhubungan. Kemampuan untuk membuat koneksi/keterhubungan merupakan kunci belajar.
  • Berikan pertanyaan yang tidak konvensional, open-ended, pertanyaan yang mengandung problema akan membiasakan siswa berpikir lateral
  • Biasakan siswa untuk menulis, sebab menulis adalah aktivitas intelektual yang terbaik. Menulis identik dengan berpikir.

PENUTUP

Mengajar sejarah bukan mentransmisikan kisah atau peristiwa sejarah kepada siswa dengan sejumlah besar fakta-fakta kering yang menjemukan. Mengajarkan sejarah berarti mencoba untuk membentuk pola berpikir siswa agar mereka dapat menjadi warganegara yang bijaksana. Moss. C.M. et al., (2011 : 66) menekankan dalam kalimat sederhana : ”knowing your learning target”.

Kalimat sederhana yang membawa dampak pada kerja profesional guru, bahwa tugas seorang guru sejarah bukan hanya memindahkan pengetahuan sejarah yang dimiliki guru kepada siswanya, tetapi lebih dari pada itu adalah membentuk karakter siswa yang memiliki tanggungjawab terhadap bangsanya di kemudian hari. Sejarah memberi tekanan pada evolusi, pertumbuhan, perkembangan peradaban manusia, sehingga harus dipahami bahwa mengajarkan sejarah berarti memberi arah terhadap perkembangan masyarakat di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Kochhar, S.K., (2008). Teaching of History. New Delhi : Sterling Publisher Pvt. Ltd.

Moss. C.M. et all. (2011). Knowing Your Learning Target. Educational Leadership. Vol. 68 No. 6. March 2011 : 66-69.

Schmoker, M. (2011). Focus Elevating the Essentials to Radically Improve Student Learning.  Alexandria – Virginia : ASCD

Shalaway, L. (2005). Learning to Teach. New York : Scholastic Teaching Resources

Trilling, B. & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills : Learning for Life in Our times. San Francisco : John Wiley & Sons, Inc.

Comments are closed.