Eminence Lecture: Dinamika Konstruksi Identitas Lokal-Nasional-Global dalam Sejarah Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0

Pembicara:
Prof. Dr. Nana Supriatna
Paparan Dr. Budi Agustono

Sejarah merupakan ilmu yang dapat membantu memahami pembentukan identitas lokal-nasional-global pada masyarakat Indonesia. Politik identitas merupakan aspek yang banyak mewarnai sejarah Indonesia, terutama pada awal revolusi sampai era reformasi saat ini. Konflik-konflik di daserah pada awal revolusi merupakan bagain dari proses pembentukan lokal-nasional di Indonesia.

Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan kongres kebudayaan pada 2018 yang menekankan pada pokok pikiran kebudayaan daerah. Di setiap provinsi, sudah dibentuk tim pokok kebudayaan daerah.  Tugas tim tersebut adalah mengumpulkan informasi tentang pengetahuan kebudyaaan lokal, makanan, permanan tradisonal, olahraga tradisonal, pengetahuan tradiosnal dan system teknologi ntradisonal.

Strategi kebudayaan penting untuk mrumuskan identitas nasional. Kebudayaan lokal tidak bisa dibiarkan tetapi juga tidak boleh diintervensi oleh Negara.

Paparan Pak Nana

Identitas melekat pada nama, etnis, asal usul, dan status sosial, dan atribut lain. Identitas terbsebut membentuk dan menjadi ciri yang melekat pada seseorang dalam konteks lokal-nasional-global.

Identitas nampak pada pola konsumsi masyarakat sehingga nampak unsur lokal-nasional, dan global. Misalnya sedotan yang digunakan untuk minum, musik, film, teknologi digital, citra membentuk identitas yang membuat kita menjadi global, inilah ciri masyarakat konsumen.

Iklan juga berperan dalam membentuk iddentitas global, seperti Rokok yang menjadi simbol macho, keren dll. Politik identitas dibentuk juga oleh persepsi yang sama mengenai persepsi pada komoditi, seperti rempah rempah dll. Hal inilah yang menjadikan salah satu point pemersatu Indonesia.  Pembentukan identitas melalui pola konsumsi juga sudah muncul dalam perjalanan sejarah Indonesia jauh sebelum masa kolonial.

Pola kosumsi yang membentuk masyarakat global sebenarnya merupakan peluang emas bagi bangsa Indonesia dengan sentuhan kreatifitas dan kualitas SDM serta penguasaan teknologi. Suatu produk dikonstuk secra global melalui iklan sehingga menjadi sebuah identitas dan brand terkenal, misalnya swiss tekenal dengan produk coklatnya, padahal Indonesia lah salah satu produsen coklat terbesar duunia, namun secara brand tidak memiliki.

Indonesia hanya memiliki national corporatioan sebagai penghasil bahan mentah, sementara brand dan produk jadi menjadi milik perusahaan multinasional. Selain itu, Indonesialah yang harus menanggung kerusakan lingkungan. Dengan demikian, Indonesia membutuhkan tangan tangan kreatif yang akan membentuk pola konsumsi dari konsumen ke produsen pembentuk brand. Itulah identitas yang harus dibangun pada era digital, generasi milenial dalam revolusi  industri 4.0.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *