UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU/DOSEN BIDANG IPS MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)[1]  

 

Encep Supriatna, S.Pd.,M.Pd.[2]

 

[1] Makalah disajikan pada kegiatan Pelatihan dan Lokakarya guru-guru sejarah se-Provinsi Banten, di Anyer pada tanggal 10 Juni 2008.

[2] Staf Pengajar  UPI.

 

PENDAHULUAN

Profesionalisme dalam bidang pendidikan, menurut Hollingsworth (1994), bukanlah terletak pada status jabatan atau tugas melainkan terletak pada kualitas pelaksanaan dari tugas tersebut, oleh karena itu profesionalisme seorang guru atau pendidik terfokus  kepada tuntutan yang lebih luas tentang apa yang dimaknakan dengan karir mengajar. Salah-satu tuntutan yang merupakan sine qua non dari profesi pendidik, termasuk guru terutama para pendidik.di sekolah seperti tercantun dalam Undang-undang Guru dan Dosen (UGD) pasal 2 guru wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, pada pasal 1 butir dinyatakan pengertian guru sebagai berikut: “Guru adalah pendidikan professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan profesionalisme pedagogiknya adalah keterlibatannya dalam penelitian.

Di lain pihak, penelitian tindakan yang dikembangkan oleh seorang pakar psikologi sosial Kurt Lewin (1944), yang menggunakan  inkuiri eksperimental dengan kelompok-kelompok yang mempunyai permasalahan menggunakan ilmu-ilmu sosial langsung dalam praksis sosial, dimanfaatkan di dalam upaya-upaya pembaharuan kurikulum di Amerika Serikat pada tahun 1950-an, berdasarkan keyakinan bahwa para guru dengan melakukan investigasi sendiri akan menghasilkan upaya rekonstruksi itu dari bawah (grounded). Stephen Corey dari Universitas Columbia melakukan berbagai projek berdasarkan keyakinan bahwa Classroom Action Research (CAR) dapat meningkatkan kurikulum karena para praktisinya memanfaatkan hasil investigasi dan refleksi mereka untuk mewujudkan pembelajaran kea rah yang lebih baik. Proses observasi itu bisa diawali dengan merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan. Menurut Hubbard and Power dalam Nana Supriatna (2007), menyatakan bahwa masalah harus berangkat dari apa yang dialami dan dirasakan oleh guru sejarah dalam praktek pembelajaran atau kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Pertanyaan seperti “apa yang sedang berlangsung sekarang?” bisa merupakan awal untuk mengadakan PTK. Sebagai Contoh, yang berlangsung sekarang adalah 1) rendahnya minat siswa terhadap pelajaran sejarah, 2) rendahnya keterampilan siswa untuk menggali informasi dari buku teks sejarah yang digunakan guru, 3) rendahnya nilai mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, 4) kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran sejarah, dan lain-lain.

Di Inggris, Stenhouse (1984) dan Elliot (1991) mengartikulasikan pentingnya partisipasi guru dalam upaya pembaharuan dan perbaikan pendidikan di tingkat kelas. Stenhouse adalah orang yang pertama menulis tentang “guru” sebagai “peneliti” (teacher as researcher) (Hopkins, 1993:2) dalam bukunya yang terkenal “An Introduction to Curriculum Research dan Development” (1975). la menghubungkan kegiatan peneIitian guru dengan upaya pembaharuan dan perbaikan sekolah secara keseluruhan.

Guru dalam kedudukannya sebagai peneliti, seperti yang diharapkan oleh Stenhouse, akan merupakan upaya yang meningkatkan daya dan kemampuannya, sehingga memberikan kebermaknaan dalam pembaharuan profesi dan berdampak pada keterlibatan dan kebebasan  untuk ber-eksperimen dan menggunakan “judgement”nya di kelas, serta di dalam ketergantungannya terhadap berbagai otoritas birokrasi dan sistem pendidikan yang dominan dan “control oriented” (Stenhouse dalam Hopkins, 1993:3).

PENGERTIAN, TUJUAN DAN SYARAT PTK

Pada umumnya makna Penelitian Tindakan (Action Research), adalah kombinasi dari tindakan substansif dengan menggunakan prosedur penelitian; tindakan yang berdisiplin yang lazim menyertai proses imkuiri; suatu upaya perorangan untuk mencari pemahaman dan pengertian (understanding) sambil melibatkan diri dalam upaya/proses perbaikan dan pembaharuan.

Rapoport (1970) mengemukakan bahwa penelitian tindakan bertuiuan untuk memberikan kontribusi praktis kepada mereka yang menghadapi persoalan yang membutuhkan penyelesaian segera dan untuk mencapai ­sasaran-sasaran pendidikan dengan kolaborasi dan kerjasama di dalam kerangka etis yang dapat diterima (Rapoport dalam Hopkins, 1993:44). Sedang Kemmis (1983) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri yang disertai reflektif diri yang dilakukan oleh para pelaku.daIam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki secara rasional dan adil a) praktek pendidikan yang mereka laksanakan b) pemahaman -dan pengertian (understanding) tentang praktek pendidikan yang mereka lakukan, dan.c) situasi praktek. Apabila pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan dengan cara kolaborasi, maka hasilnya akan sangat memberdayakan (empowering), walaupun adakalanya dilakukan secara individual, dan seringkali dilakukan dengan kerjasama dengan orang lain. Di bidang pendidikan penelitian pendidikan dilakukan dalam pembaharuan kurikulum sekolah, pengembangan profesi, perbaikan program sekolah, dan pengembangan sistem perencanaan dan kebijakan (Kemmis dalam Hopkins, 1993:44).

Pakar lain seperti Ebbutt (1985) menyatakan bahwa pcnelitian tindakan adalah suatu studi sistematik dari upaya perbaikan praktek/pelaksanaan pendidikan oleh sekelompok partisipan dengan memakai cara tindakan-tindakan mereka yang praktis yang sertai dengan refleksi tentang  tindakan praktis mereka (Ebbutt dalam Hopkins, 1993:45).

Sedangkan Elliott (1991) berpendapat, bahwa penelitian tindakan adalah studi dari sebuah situasi sosial dengan sasaran memperbaiki kualitas tindakan di dalam situasi sosial tersebut. Tujuannya adalah memberi masukan bagi pengembalian keputusan praktis dalam situasi kongkrit, dan validitas teori atau hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih-lebih dari manfaatnya dalam membantu orang bertindak lebih terampil dan lebih intelijen. Dalam penelitian tindakan, teori tidak divalidasikan secara terpisah kemudian diaplikasikan pada praktek, melainkan divalidasikan melalui (through) praktek (Elliott dalam Hopkins, 1993:45).

Adapun tujuannya antara lain seperti telah dikemukakan di atas, secara makro penelitian tindakan diharapkan akan mendukung inovasi pendidikan dengan memberikan peranan kepada guru/dosen agar terlibat dalam upaya tersebut dengan melakukan penelitian, sehingga gerakan rekonstruksi mendapat landasan yang kuat dari bawah (grounded).

Selain, itu, penelitian . tindakan atau. yang oleh Hopkins disebut educational action research, bertujuan meningkatkan dan memperbaiki pelayanan pendidikan di kelas/ruang kuliah: Tuntutan pendidikan pada saat mutakhir ini begitu tinggi sebagai akibat dari kemajuan pesat ilmu dan teknologi, serta perubahan kemasyarakatan yang begitu kompleks dan cepat, yang di bidang pendidikan menimbulkan tuntutan menghasilkan tenaga yang memiliki keterampaan yang canggih pula. Hal ini menambah tugas sekolah untuk selain mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kognitif, juga diperlukan pendidikan sosial. Selain itu guru juga dituntut untuk memanfaatkan pengetahuan teknis, yang kompleks dari metode-metode mengajar yang didukung oleh teori-teori psikologi tentang perkembangan dan belajar peserta didik yang diperkaya dengan pengetahuan kemasyarakatan (Carr dan Kemmis, I990).

Untuk melakukan PTK beberapa syarat lain dapat dipenuhi oleh guru melalui kegiatan berikut:

  1. Tidak mengangkat atau issu masalah pembelajaran yang tidak ada hubungannya dengan masalah pembelajaran sejarah di kelas. Misalnya masalah pengangkatan guru honorer menjadi PNS, atau ambrolnya, atau boconrya atap sekolah, kurangnya bangku yang ada di kelas, rendahnya kesadaran sejarah masyarakat di Banten, rendahnya kualitas guru sejarah di daerah lain,, tidak lengkapnya buku teks sejarah yang digunakan dan ditulis oleh penulis lain, dan urusan-urusan lain yang tidak dapat diangkat ke dalam PTK yang dilakukan oleh guru di kelas. Oleh karena itu carilah masalah atau persoalan yang dekat dengan tugas-tugas keseharian guru dan siswa di sekolah.
  2. Lakukan penelitian dalam skala yang kecil yang meliputi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa. Oleh karena itu, masalah seperti kebijakan pendidikan di tingkat nasional atau lokal adalah tidak dapat digarap dalam PTK.
  3. pilihlah topik yang paling penting bagi guru dan siswa. Masalah seperti rendahnya minat siswa terhadap buku teks, rendahnya perhatian siswa terhadap guru dan materi sejarah, kenakalan siswa, dan lain-lain adalah topik yang paling dekat dan sangat penting untuk diteliti. Melalui proses inquiry serta persyaratan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah: memberikan layanan profesional guru sejarah kepada para peserta didik, mengatasi masalah-masalah pembelajaran sejarah, memecahkannya melalui tindakan nyata, pengembangan ketrampilan guru dalam pemecahan masalah yang dihadapinya, menghasilkan model atau solusi tertentu terhadap masalah pembelajaran yang paling cocok dengan situasi dan kondisi budaya sekolah.

 

MENGAPA GURU HARUS MELAKUKAN PTK?

Pertanyaan di atas nampaknya seperti sederhana, namun agak susah menjawabnya, tapi anda tidak usah bingung karena Hopkins sebagai pakar PTK, menemukan jawabnnya sebagai berikut:

  1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan oleh karena itu guru harus bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas pembelajarannya dan bukan orang lain. Demikian pula, metode topik atau masalah penelitian yang diangkat adalah berhubungan dengan masalah kegiatan belajar mengajar (KBM).
  2. Proses penelitian serta pengumpulan data dilakukan pada jam kerja dan mengajar guru bukan saat mereka berada di rumah atau waktu libur. Oleh karena itu, PTK tidak akan mengganggu atau membebani kerja para guru.
  3. Metode penelitian, pengumpulan dan analisis data penelitian dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan guru dan cocok dengan situasi serta kondisi kelas. Misalnya Observasi, wawancara, angket adalah alat pengumpul data pada saat PTK berlangsung yang mudah dilakukan oleh guru bersama rekan mitra sejawatnya.
  4. Masalah penelitian yang diangkat adalah masalah yang menjadi penelitian guru. Misalnya, masalah penurunan minat belajar siswa terhadap sejarah di kelas yang merupakan masalah yang paling dekat dengan guru sejarah.
  5. PTK dapat dilakukan secara Kolaborasi dilakukan dengan cara mengundang rekan sejawat di sekolah tempat guru mengajar, bisa juga guru lain yang dianggap telah memiliki pengalaman berupa pendidikan tambahan, penataran dan lain-lain, bisa juga dosen di perguruan tinggi yang menaruh perhatian pada proses pembelajaran, bisa juga pengawas atau kepala sekolah yang berpengalaman dalam pembelajaran. Dalam melakukan kolaborasi diperlukan sikap keterbukaan dalam menerima kritik, saran, dan masalah.

 

LANGKAH-LANGKAH PTK

PTK dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut:

  1. Mencari fokus masalah penelitian. Misalnya rendahnya minat siswa terhadap pelajaran sejarah dirasakan sebagai masalah oleh semua guru sejarah tidak hanya di Banten dan Indonesia melainkan di beberapa Negara. Jadi harus merasakan adanya masalah dalam proses pembelajarannya, lantas menganalisis masalah tersebut mengapa terjadi demikian, hasil analisisnya misalnya, oh karena tidak diterimanya/senanginya  cara guru  sejarah menyampaikan materi dalam PBM di kelas. Perumusan masalah dimulai dengan pertanyaan atau pernyataan. Misalnya, bagaimana meningkatkan kualitas penyampaian materi melalui strategi atau pendekatan ceramah bervariasi yang baik? Masalah penelitian dapat dirinci sebagai berikut: a) bahasa yang digunakan, b) media yang digunakan, c) cara guru mengemukakan pertanyaan dan menjawab pertanyaan siswa, d) perhatian siswa, e) cara siswa memberikan respon dalam bentuk perhatian, jawaban , pertanyaan dan lain-lain.
  2. Melaksanakan PTK dalam beberapa siklus dengan prosedurnya sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planning), 2) Tindakan (Action), 3 Observasi (Observation), 4) Refleksi (Reflection).
  3. Pengumpulan data dalam PTK dikumpulkan pada setiap siklus melalui; Catatan guru saat melakukan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Alat elektronik berupa rekaman video atau audio, misalnya merekam suara siswa saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Catatan siswa mengenai penampilan guru, mislanya kesulitan mereka ketika mengikuti ceramah dan tugas-tugas dari guru. Wawancara merupakan alat yang efektif untuk memperoleh pendapat dari siswa, Misalnya “bagaimana pendapat kalian atau sebut salah seorang cara bapak/ibu mengajar tadi? Tentu saja pertanyaan guru harus netral dan tidak bersifat mengarahkan agar jawaban siswa didapatkan secara objektif. Angket, merupakan alat yang cukup ampuh untuk memperoleh jawaban kuantitatif dalam jumlah besar. Misalnya apakah “ Suara guru dalam menyampaikan materi pelajaran sejarah, a) jelas, b) cukup jelas, c)kurang jelas, d) tidak jelas.
  4. Observasi dan Refleksi. Observasi dapat dilakukan melalui: a) Observasi teman sejawat, b) supervise klinis yang dilakukan dengan mitra melalui konferensi, observasi kelas dan umpan balik (feedback).

 

ANALISIS DAN VALIDASI DATA HASIL PTK

Mengenai validasi penelitian tindakan (educational action research), maka sebagai bagian dari penelitian kelas validasinya adalah yang berlaku penelitian bentuk ini.

  1. Pertama-tama, anda bisa melakukannya dengan triangulasi untuk mendapatkan derajat keterpercayaan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan persepsi yang diberikan oleh seorang pelaku dengan persepsi yang diberikan pelaku lain, seperti guru, mitra, guru mitra, pengawas, kepala sekolah yang diundang ke kelas.
  2. Dengan menanyakan (member check) maka data yang diperoleli akan ­mendapat derajat keterpercayaan juga. Demikian juga halnya dengan mengaudit data (audit trail) yang diperoleh, misalnya dari catatan lapangan oleh seorang auditor, maka pengamat yang netral ini dapat memeriksa secara objektif apa yang telah berlangsung dan apa yang dipersepsikan.
  3. Dengan cara yang hampir sama, ia juga dapat mengkonsultasikan hal-­hal yang tersebut kepada seorang pakar atau pembimbing, yaitu banyak mengetahui tentang hal-hal yang diteliti melalu bentuk penelitian yang dilakukan dalam bentuk opini ahli (expert opinion), seperti ahli dari perguruan tinggi (LPTK) yang konsen dengan proses pembelajaran di sekolah.
  4. Salah satu bentuk lain yang membangun derajat keterpercayaan adalah teknik “saturation” atau mencari jawaban jenuh, yaitu bahwa hipotesis atau kategori yang muncul dari observasi dicek berkali-kali dengan data observasi yang berulang kali dilakukan (continous), untuk menghindari kesan adanya modifikasi atau pemalsuan (modifying or falsifying).

 

DAFTAR BACAAN

Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari Knopp .1982. Qualitative Research for Education:

An. Intrpduction to  Theory and Methods. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Carr, Wilfred and Kemmis, Stephen .1990. Becoming Critical: Education, Knowledge, and Action Research. Burwood, Victoria: Deakin University.

Hopkins, David .1993. A Teacher’s Guide to Clasroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Lomax, Pamela ,1989, The Managenet of Change: Increasing school effectiveness and facilitating staff development throught action research. Clevedon, PA: Multingual Matters, Ltd.

Miles, Matthew and Huberman, A Michael. 1984. Qualitative Data Analysis: A Source book of NewMethodes. Beverly Hills: Sage Publication.

McNifff, J. 1991. Action Research : Principles and Practice. London: Routledge, Inc.

Supriatna, Nana.2007. Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Insan Cendekia.

Wardani, I.G.K.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wiriaatmadja, Rochiati.2003. “Penelitian Tindakan Kelas dalam Bentuk Penelitian Tindakan Sebagai Upaya Peningkatan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan Tinggi”.Makalah Seminar Guru Sejarah UPI.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Makalah ini disajikan pada Acara Pelatihan Guru-Guru

SMP dan SMA Sejarah se-Provinsi Banten

Hotel Marbella Selasa, 10 Juni 2008

 

 

 

 

 

 

Di Susun Oleh :

Encep Supriatna, S.Pd.,M.Pd.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN

2008

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *