Kopiah dan Bendo

Kopiah dan Bendo

Pelukis Barli Sasmitawinata memiliki kenangan tersendiri dengan Oto iskandar di Nata.  Ketika kantor Sipatahoenan bertempat di Dalem Kaum (Bandung),  Oto Iskandar di Nata, berkantor di lantai  dua. Pada suatu hari ia membuat karikatur wajah Oto Iskandar di Nata yang dimuat keesokan harinya. Barli entah mengapa melukis Oto Iskandar di Nata tanpa kopiah ataupun bendo (tutup kepala tradisional Sunda), padahal sehari-harinya Oto Iskandar di Nata biasa mempergunakannya.

Karena merasa ragu,jangan-jangan pak Oto akan marah bila karikaturnya tanpa penutup kepala jadi dimuat, pelukis Barli, yang saat itu genap berusia 20 tahun, naik ketingkat dua untuk menanyakan hal itu. Ketika naik tangga ia merasa deg-degan jug jangan-jangan….ternyata dugaannya meleset. Sambil melihat gambar itu, pak Oto tersenyum dan berkomentar  “Tidak apa-apa gambar wajah tanpa penutup kepala ini dimuat, karena untuk menilai orang tidak perlu dilihat kopiahnya atau bendonya, yang penting apa yang ada dibalik penutup kepala itu”.  Pelukis Barli merasa lega sekaligus menyimpulkan, betapa dalam wawasan Pak Oto. Menurut Oto Iskandar di Nata, kepribadian seseorang tidak bisa diukur dari penampilan fisik belaka, yang penting bagaimana pola berpikirnya, itulah yang akan menunjukkan siapa dia sesungguhnya. Pemakaian bendo bukanlah tolok ukur ke-Sunda-an seseorang, demikian juga kopiah, bukan tolok ukur nasionalis tidaknya seseorang

Comments are closed.