Mahasiswa mengkritik Dosen
Pada waktu menjadi mahasiswa, Sjafruddin Prawiranegara tertarik kepada pandangan beberapa orang guru besarnya yang menganut faham Politik Etis dan Asosiasi yang mau memberikan sumbangan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Ia sering berdiskusi dengan mereka, antara lain Prof. Logemann dan Prof. Van Asbek. Sebaliknya, ia tidak suka kepada Prof. Eggens yang berhaluan konservatif yang merendahkan budaya bumiputera dengan menyatakan bahwa bahasa Indonesia tidak akan mungkin menjadi bahasa ilmu karena merupakan bahasa primitif.
Karena kesalnya, dalam majalah yang diterbitkan oleh USI, Sjafruddin menyebut Prof. Eggens itu sebagai Een Holandse Kwajongen (Seorang Belanda yang Bergajul dan Bodoh). Tulisan tersebut menggegerkan lingkungan RHS sehingga secara formal Senat RHS meminta Sjafruddin agar mengajukan permohonan maaf. Permintaan tersebut dijawab dengan mengemukakan bahwa ia baru mau minta maaf, kalau Prof. Eggens terlebih dahulu meminta maaf kepada bangsa Indonesia umumnya, dan kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia khususnya, atas keterangannya yang sama sekali tidak arif, tidak ilmiah, dan merupakan penghinaan bagi akal dan kreativitas bangsa Indonesia. Agaknya dengan jawaban tersebut dianggap masalahnya telah selesai, karena tidak ada tindak lanjutnya dari Senat.