Identitas dan Artikulasi

Identitas dan Artikulasi

Wildan Insan Fauzi

Perspektif Stuart Hall dan Tania Murray Li mengenai identitas dan artikulasi membantu kajian sejarah. Bagi Hall, identitas budaya dibentuk oleh pengalaman sejarah dan kode budaya sehingga identitas lebih dilihat sebagai sebuah “proses menjadi” sebagai sebuah rantai perubahan terus-menerus (Piliang, 2002:9). Konsep perubahan nampak jelas pada kajian-kajian Tania Murray Li. Bagi Li, artikulasi memberikan makna bahwa identitas suatu komunitas atau etnik tidak tetap namun merupakan dialog dan pertemuan berbagai kepentingan termasuk sosok negara dan pasar (Li, 2002). Identitas budaya mengalami renegosiasi dan reproduksi, sebagai konsekuensi dari adanya proses kreatif sekaligus keterlibatan masyarakat dalam setiap gerak perubahan (Li, 2000).

Fokus kajian sejarah bukan hanya pada apakah identitas cenderung tetap atau berubah, namun juga pada aspek bagaimana identitas itu terbentuk. Kajian-kajian sejarah memperlihatkan politik identitas dimana sejarah atau geneologi dijadikan alat untuk memantapkan identitas kelompok serta melegitimasi kedudukannya (Kartodirdjo, 1993: 70).

Konsep identitas menjadi bahan kajian Carneiro dan Cunha pada 1986, mereka mengkaji dinamika identitas budak Afrika Barat yang dibawa ke Brasil, Ketika dimerdekakan dan pulang lagi ke Afrika (Lagos), mereka malah disebut sebagai orang Brasil oleh masyarakat lokal (Burke, 2015: 84). Perubahan bagaimana etnis Tionghoa di Indonesia merepresentasikan identitas budayanya dalam dunia Pendidikan dikaji oleh Wiririatmadja (2003). Gerakan bandul politik identitas etnnis Tionghoa dipandang berubah dari etnisitas ke nasionalitas, dan dari nasionalitas ke etnisitas kembali (Wiriaatmadja, 2003: 2016). Kajian Carneiro dan Cunha bisa diperdalam dengan cara pandang Hall sementara kajian Wiriaatmadja bisa dianalisa lebih kritis dengan pendekatan Tania Murray Li.

Sumber:

Burke, P. (2003). Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hall, S. (1960). Cultural Identity and Diaspora, in Identity and Difference. Kathryn Woodward (ed), London, Thousand Oaks, Neew dehli: Sage Publication in Association with The Open University, 1997, London

Kartodirdjo, S. (1992). Pemikiran dan Perkembangan historiografi di Indonesia. Jakarta. Gramedia

Kartodirdjo, S. (1993) Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia.

Li, T. M. (2002). Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Terjemahan Sumitro, S.N. Kartikasari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Piliang, Y. A. (2002). Identitas dan Budaya Massa: Aspek-Aspek Seni Visual di Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

Wiriaatmadja, R. (2003). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press

Comments are closed.