BUBUR KERTAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

Drs. Achmad iriyadi

Bahan dan pembuatan.

Bubur kertas merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan media pembelajaran sejarah yang berupa model (benda tiruan) maupun peta timbul. Selain biayanya murah dan bahannya mudah didapat serta hasilnya dapat menyerupai benda aslinya sehingga sangat efektif digunakan sebagai media pembelajaran sejarah.

Bahan – bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan bubur kertas adalah :

  1. Kertas koran bekas, karena bahan ini paling mudah dilumutkan dibanding bahan kertas lainnya.
  2. Tepung tapioka (kanji) yang diproses untuk dijadikan bahan perekat. Tepung ini dicampur air untuk dijadikan bubur dengan tingkat kekentalan yang sedang.
  3. Kapur sirih atau cairan karbol, untuk dijadikan bahan campuran dengan bubur tepung tadi dengan jumlah secukupnya, tergantung dengan jumlah bubur yang dibuat. Tujuan pencampuran ini agar bubur tepung tapioka tidak mengeluarkan bau busuk (terutama setelah dua atau tiga hari).

Cara pembuatannya :

  1. Kertas koran disobek – sobek dengan ukuran kecil sampai sedang.
  2. Rendam sobekan – sobekan kertas koran tadi semalam.
  3. Besoknya sobekan – sobekan kertas tadi diperas supaya airnya terbuang.
  4. Kemudian tumbuklah perasan kertas koran tadi pada lesung atau ember karet dengan halu sebagai alat tumbuknya.
  5. Sambil ditumbuk masukan sedikit demi sedikit bubur tepung tapioka sebagai perekat. Tumbuk sampai halus sekali.
  6. Bubur kertas selesai.

 

Dari bahan bubur kertas tadi dapat dibuat alat peraga untuk pembelajaran sejarah berupa model dan peta timbul.

Peta timbul.

Untuk pembuatan peta timbul memerlukan bahan – bahan sebagai berikut :

  1. Bubur kertas
  2. Triplek atau tipblok

Untuk triplek agar tidak melengkung hasilnya dibawahnya harus dibuatkan bingkai dari kayu.

  1. Gambarlah triplek berbingkai ini dengan peta yang kita inginkan. Jangan lupa diberi tanda pada peta tersebut daerah pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, gunung, sungai, laut atau danau.
  2. Jika gambar peta dan tanda – tandanya sudah selesai, oleskan pada peta tersebut lem bubur tapioka tadi
  3. Sedikit – sedikit tiap wilayah pada peta tersebut ditempel bubur kertas yang telah disiapkan.
  4. Setelah penempelan selesai dan peta sudah terbentuk, oles kembali peta tersebut dengan lem bubur tapioka secara merata kemudian keringkan. Lama pengeringan sangat tergantung cuaca kalau cuaca baik dapat dijemur selama satu minggu, harus sampai kering!
  5. Setelah peta timbul kering kemudian dilakukan pengecatan. Jangan sekali – kali mencat pada saat bubur kertas masih basah!
  6. Warna cat untuk peta timbul,

-) Kuning

-) Putih

-) Coklat muda

-) Hijau tua

-) Biru

-) Merah

 

Untuk laut :

Laut dalam : warna biru

Laut dangkal : warna biru dicampur putih

Untuk dataran rendah : warna hijau dicampur sedikit putih

Untuk dataran tinggi : warna kuning dicampur sedikit coklat muda dan warna putih

Untuk garis pantai : warna hijau tua

Untuk gurun pasir : warna kuning dicampur putih

Untuk pegunungan : warna coklat muda dicampur sedikit warna merah

Untuk gunung tinggi : warna merah dicampur sedikit warna coklat muda

Untuk ibukota negara dan kota – kota dapat menggunakan paku payung warna. Ibukota misalnya dapat memakai paku payung warna merah.

 Model tempurung Manusia Purba.

Salah satu model yang dapat dibuat dengan bahan bubur kertas ini adalah tempurung Manusia Purba.

Bahan – bahan :

  1. Balon karet, ditiup sebesar kepala anak kecil.
  2. Guntingan kertas koran.

 

Cara pembuatan :

  1. Tiuplah balon sampai kurang lebih ukuran kepala anak kecil.
  2. Oleslah balon tadi dengan lem bubur tapioka kemudian tempelkan guntingan kertas koran tadi pada balon, tunggu sampai kering.
  3. Setelah tempelan pertama kering oleskan kembali lem pada guntingan pertama dan tempelkan kembali guntingan kertas koran pada tempelan pertama, tunggu sampai kering. Demikianlah sampai 6 – 7 lapisan. Sehingga terbentuk bola dari guntingan kertas koran yang sangat keras. Jika telah kering balon dapat dipecahkan.
  4. Setelah terbentuk bola keras, baru dolesi kembali lem tapioka pada bagian – bagian yang akan dibentuk untuk kemudian ditempeli bubur kertas.

 

Pasangan lagu – lagu dan pokok bahasan dalam pembelajaran sejarah

 

Lagu – lagu/musik                     Pokok bahasan sejarah

 

Berkibarlah benderaku               Insiden bendera di RRI jakarta

Satu nusa satu bangsa               Sumpah pemuda

Hari merdeka                             Proklamasi kemerdekaan

Maju tak gentar                          Agresi militer Belanda I dan II

Pahlawan muda                         Terbentuknya RIS

Yogya kembali                            Serangan umum 1 maret 1949

Gugur bunga                             G30S/PKI

Bangun pemudi pemuda            Angkatan 1966

La marsallaise                            Revolusi Perancis

The star spangled banner           Perang kemerdekaan U.S.A.

Sympony 9 Beethoven                 Uni Eropa

Internasionale                            Revolusi Rusia

San min chu i                             Revolusi china 1911

Lupang hinirang                        Revolusi Philipina

Jana gana mana                        Kemerdekaan India

Biladi                                         Kemerdekaan Mesir

Deutschland uber alles               Nazi Jerman

La guevancca                             Fascisme Italia

Kimigayo                                   Nasionalisme Jepang

Surat untuk Tuan                       Perang dingin

Reagan dan Tuan Andropov

Het Wilhelmus                            Kolonialisme Belanda

La Spagnola                              Kolonialisme Spanyol

Patriortic march                         Perang Jepang Rusia

 

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah,Syaiful Bahri.Strategi Belajar Mengajar,Rineka Cipta,Yogyakarta 1995

Hamalik,Omar.Media Pendidikan,Alumni,Bandung 1985

Iriyadi,Achmad.Model Sebagai Alat Peraga Dalam pembelajaran Sejarah,UPI,Bandung 2002

Iriyadi,Achmad.Peran Museum Sebagai Pusat Sumber Belajar Sejarah,UPI,Bandung 2007

Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,Rineka Cipta,Yogyakarya 1996

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *