Analisis Historiografis Terhadap Buku-Buku Teks Pelajaran Sejarah SMP dan SMA Tahun 1999-2004

Oleh : Wawan Darmawan

ABSTRAK

Buku teks pelajaran sejarah merupakan salah satu karya historiografi yang diperuntukan bagi kepentingan pendidikan. Historiografi yang ditampilkan dalam buku teks pelajaran sejarah tentu akan berbeda dengan historiografi buku-buku sejarah ilmiah lainnya. Kegunaan praktis bagi pendidikan menjadi salah satu tujuan penting penulisan buku teks pelajaran sejarah. Sejarah yang dipahami dalam  buku teks pelajaran sejarah tidak hanya mampu menumbuhkan kesadaran bersejarah dalam diri siswa. Kesadaran bersejarah dapat ditampilkan melalui prilaku yang ditampilkan oleh siswa, misalkan tumbuh rasa nasionalisme, patriotisme, rasa persatuan, rela berkorban, dan lain-lain. Selain aspek kognitif, aspek afektif menjadi salah satu bagian penting dari misi penulisan buku teks pelajaran sejarah.

Kata Kunci: Teks Sejarah, Historiografi, Kronologis, Tematis, narasi, deskripsi, argumentasi, dan paparan

  1. LATAR BELAKANG MASALAH

Penulisan buku teks pelajaran sejarah untuk pendidikan di sekolah pada hakekatnya merupakan bagian dari perkembangan historiografi di Indonesia. Kesadaran untuk menulis buku sejarah sudah ada sejak awal kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan terbit buku-buku teks pelajaran sejarah, baik yang diterbitkan oleh individu-individu maupun resmi dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mohammad Ali, 1995:1).

Buku-buku teks pelajaran sejarah tersebut ternyata kurang memuaskan bagi suatu pendekatan baru dalam penulisan sejarah nasional. Kebanyakan buku-buku pelajaran tersebut lebih banyak merujuk pada buku sejarah karya Dr. F.W. Stapel. Karya Stafel ini lebih bresifat Nederlandosentrisme. Sementara yang dibutuhkan dalam pendidikan sejarah di sekolah adalah pembentukan kepribadian bangsa. Maka pendekatan sejarah yang dikehendaki adalah Indonesiasentris.

Keadaan di atas mendorong munculnya gagasan para sejarawan untuk mengganti buku-buku teks pelajaran sejarah Indonesia yang ada menjadi berpusat pada Indonesia. Gagasan ini merupakan salah satu usaha untuk mengarahkan pemikiran serta penulisan sejarah Indonesia yang memadai. Sebagai upaya untuk mengimplementasikan gagasan tersebut, maka disleenggarakan Seminar Sejarah Indonesia Pertama di Yogyakarta tahun 1957. Dalam seminar itu di samping bertujuan untuk memperdalam pemikiran tentang sejarah Indonesia sebagai sejarah nasional, diperbincangkan pula keperluan mendesak yaitu penulisan buku-buku pelajaran sejarah. Seminar sejarah kemudian berlanjut di Yogyakarta pada tahun 1970. Dari seminar itu berhasil menyusun buku standar Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak enam jilid. Buku ini sering pula disebut dengan buku “Babon”. Buku ini menjadi rujukan utama untuk buku teks pelajaran sejarah baik di tingkat SMP maupun SMA.

Penulisan buku sejarah termasuk buku teks pelajaran sejarah tidak terlepas dari jiwa jaman yang menandainya. Perkembangan seminar nasional sejarah menggambarkan bagaimana perkembangan jiwa jaman mewarnai penulisan sejarah. Perkembangan historiografi Indonesia dari nederlandosentrisme, etnosentrisme, indonesiasentrisme sampai pada saintifisme, merupakan bentuk dari bagaimana jiwa zaman mempengaruhi pada penulisan sejarah.

Melalui penelitian ini, analisis historiografi terhadap buku-buku teks pelajaran sejarah yang digunakan di SMP dan SMA dapat dilakukan. Analisis historiografis maksudnya adalah peneliti akan melakukan analisis bagaimana buku-buku teks pelajaran sejarah tersebut merekonstruksi peristiwa-peristiwa sejarah yang didasarkan kaidah-kaidah keilmiahan dari ilmu sejarah. Buku-buku teks pelajaran sejarah yang akan diteliti adalah buku teks yang beredar antara tahun 1994 sampai 2004 yang berdasarkan pada Kurikulum 1994 beserta suplemennya (1999).

Buku teks pelajaran sejarah merupakan salah satu karya historiografi yang diperuntukan bagi kepentingan pendidikan. Kegunaan praktis bagi pendidikan, tidaklah berarti melepaskan diri dari penggunaan kaidah-kaidah akademik historiografi dalam ilmu sejarah. Syarat-syarat keilmiahan harus tetap diperhatikan. Beberapa persyaratan keilmiahan misalnya sumber fakta yang digunakan, kebenaran fakta, pendekatan penafsiran terhadap fakta, aspek keruangan, aspek waktu, dan lain-lain. Secara idealnya antara misi pendidikan dan penggunaan kaidah keilmuan dalam historiografi buku teks pelajaran sejarah terjadi sinkroinisasi.

Di samping aspek kemampuan penulis, buku-buku teks pelajaran sejarah yang sekarang dipakai di sekolah-sekolah, tidak sedikit terlepas dari hukum pasar. Artinya pertimbangan pemakaian buku tersebut oleh seorang guru maupun sekolah, aspek keuntungan penjualan yang diberikan oleh penerbit menjadi salah satu komponen penting. Orintasi ini, dapat mengurangi penggunaan kualitas buku, manakala guru atau sekolah mau menggunakan buku dengan keuntungan yang besar tetapi kualitas buku tersebut sangat jelek.

Helius Syamsuddin dalam sebuah artikelnya (2000) menulis tentang kriteria dan permasalahan penulisan buku teks sejarah. Menurut pendapatnya ada enam kriteria yang harus dipenuhi dalam penulisan buku teks sejarah, yaitu:

  1. Substansi faktual yang harus dipertangungjawabkan
  2. Penafsiran dan atau penjelasan
  3. Penyajian dan retorika yang harus sesuai dengan teori psikologi perkembangan
  4. Pengenalan konsep-konsep sejarah (Indonesia dan Umum) perlu menggunakan kriteria
  5. Buku teks pelajaran sejarah secara teknis-konseptual mengikuti GBPP (kurikulum)
  6. kelengkapan ilustrasi, gambar, foto, peta-peta sejarah dalam setting dan lay out yang informatif dan naratif.

Hal yang menjadi masalah terhadap kualitas penulisan buku teks pelajaran sejarah menurut pendapat Helius Sjamsuddin adalah terjadi tarik-menarik antara kebutuhan untuk memenuhi tuntutan pendidikan (akademik) di satu pihak dengan tuntutan keuntungan dari penerbit-penerbit di lain pihak. Tarik-menarik tersebut terkadang membuat penulis buku harus bekerja cepat karena tuntutan penerbit yang ingin cepat menjual bukunya. Bahkan di lapangan terjadi kompetisi antar penerbit dalam hal memasarkan buku terbitannya.

  1. Hamid Hasan (2000) dalam sebuah artikelnya menulis tentang buku teks pelajaran sejarah dalam kaitannya dengan kurikulum. Yang menjadi permasalahan dalam tulisannya adalah kurikulum selalu mengalami perkembangan sesuai dengan tantangan jaman, bagaimanakah buku teks pelajaran sejarah mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Dia menemukan permasalahan buku teks pelajaran sejarah yang isinya sama seperti apa yang tercantum dalam kurikulum. Di dalam buku tersebut dicantumkan kalimat ”berdasarkan Kurikulum 1994”. Pencantuman kalimat tersebut berkaitan dengan pasar penjualan. Dengan pencantuman kalimat daya jualnya menjadi tinggi. Guru, sekolah, dan pengawas merasa aman menggunakan buku yang mencantumkan kalimat tersebut.

Berdasarkan permasalahan di lapangan, analisis historiografi terhadap  buku teks pelajaran sejarah yang berdasarkan kaidah keilmuan sejarah perlu dilakukan. Diharapkan ada temuan bagaimana historiografi buku-buku teks sejarah yang beredar, khususnya di kota Bandung. Sampel buku yang dianalisis terdiri dari buku SMP (Jilid 1,2, dan 3) dan SMA (Jilid 1,2, dan 3) yang diterbitkan dari berbagai penerbit.

  1. PEMBAHASAN

Ada beberapa hal yang dikaji oleh peneliti dalam analisis historiografi ini, yaitu menyangkut pendekatan penulisan sejarah dan bentuk penulisan sejarah.

  1. Pendekatan Penulisan Sejarah

Berdasarkan kajian pendekatan dalam penulisan teks pelajaran sejarah SMP dan SMA yang dikaji, secara teoretis terbagi ke dalam dua bagian, yaitu kronologis dan tematik. Dalam artikel ini, tidak seluruh contoh hasil kajian ditunjukkan, tetapi hanya mengambil salah satu saja dari bagian yang dikaji.

  1. Model Pendekatan kronologis

Model pendekatan kronolologis merupakan salah satu model atau pola umum yang berorientasi kepada pengorganisasian materi pengajaran sejarah sebagai suatu pengembangan atas dasar urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah diorganisir atau diprogram berturut-turut dari zaman pra sejarah – proto sejarah sampai sejarah kontemporer. Dalam pengembangan materi sejarah model ini, penggunaan pendekatan spiral konsentris dapat disajikan untuk membahas peristiwa sejarah yang makin tinggi, makin dalam, dan meluas. Ciri dari pengembangan materi model kronologis adalah adanya pengembangan atas dasar urutan tahun terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sejarah.

Sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk memudahkan apa yang terjadi dengan kehidupan manusia, dibuatlah periodisasi. Maksud dibuat periodisasi adalah untuk memudahkan penjelasan bagaimana perkembangan manusia dari waktu ke waktu. Periodisasi ini semacam serialisasi rangkaian menurut urutan zaman. Dengan demikian, konsep periodisasi yang tepat untuk mengurutkan suatu peristiwa adalah model kronologis. Dengan periodisasi model kronologis dapat diketuhui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing-masing periode dan secara garis besar suatu peristiwa akan mudah dipahami.

Dalam periodisasi ini akan diketahui perkembangan kehidupan manusia, kesinambungan antara periode yang satu dengan yang periode berikutnya, dan adanya perubahan dari satu periode ke periode berikutnya. Berdasarkan hasil kajian model kronologis dari suatu periode dapat kita lihat, misalnya materi di SMP dan SMA kelas 2, yaitu periodisasi masa pergerakan nasional. Nasionalisme Indonesia secara internal, lahir disebabkan oleh dampak dari penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap kaum pribumi (1901 mulai diberlakukan Politik Etis) . Pendidikan ini ternyata melahirkan suatu kelompok baru dalam masyarakat Indonesia yaitu kaum intelektual atau kaum terpelejar. Pada kaum ini tumbuh kesadaran bahwa bangsanya dijajah, dan munculnya cita-cita untuk melepaskan diri dari penjajah serta berkeinginan untuk membangun sebuah negara nasional. Perubahan terjadi dalam hal menghadapi penjajah. Pada masa sebelum abad ke-20, lebih banyak menggunakan perang fisik seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, dan perang-perang lainnya. Ketika muncul pergerakan nasional yang dimotori oleh kaum intelektual, perlawanan beralih dengan menggunakan organisasi modern.

Penyusunan periodisasi tergantung pada jenis sejarah yang akan ditulisnya. Periodisasi dapat disusun berdasarkan perkembangan politik, sosial-ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Perkembangan politik misalnya menulis periodisasi kerajaan-kerajaan kuno atau dinasti-dinasti. Kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia yang ada dalam materi SMP dan SMP kelas 1, misalnya mulai dari periode kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha sampai dengan periode Islam. Periode kerajaan Hindu-Buddha mulai dari kerajaan tertua yaitu Kutai sampai dengan Majapahit. Akhir dari kerajaan Majapahit, memasuki periode kerajaan-kerajaan Islam. Dalam setiap periode kerajaan tersebut diceritakan tentang kekuasaan raja-raja khususnya yang berperan besar.

Periodisasi berdasarkan sosial ekonomi masih dapat terlihat pada materi SMP dan SMA kelas 1, misalnya,  melihat perkembangan kehidupan manusia mulai dari masa berburu, mengumpulkan makanan, mulai menanam, berkebun atau bersawah sampai dengan masa produksi. Pada setiap periode tersebut memiliki karakteristiknya.  Masa berburu dan mengumpulkan makanan misalnya masa dimana manusia masih tergantung pada alam. Untuk mencapai kebutuhannya kehidupan manusia tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Kehidupan sosial pada masa berburu yaitu berkelompok-kelompok dan berpindah-pindah atau nomaden. Masa berkebun atau bersawah kehidupan manusia sudah mulai menetap, karena manusia sudah mampu mengolah alam dalam bentuk berkebun atau bersawah. Kehidupan sosial-ekonominya, sudah tidak lagi tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Ada proses produksi walaupun masih sederhana.

Berdasarkan kerangka teori Kronologis, hasil analisis historiografi ditemukan beberapa temuan, yaitu pengunaan pendekatan kronologis pada umumnya sudah digunakan mulai dari materi SMP dan SMA, dari kelas 1 sampai dengan kelas 3. Kronologi materi kelas I SMP (Buku A) Caturwulan I, Bab I membahas Masyarakat Prasejarah Indoensia. Dalam membahas materi ini, buku ini telah menggunakan pendekatan kronologis dengan menguraikan pembabakan zaman prasejarah Indonesia, yaitu sebagai berikut.

  1. Zaman Batu, terdiri atas:
  1. zaman Batu Tua (Paleolothikum)
  2. zaman Batu Madya (Mesolithikum)
  3. zaman Batu Muda (Neolithikum)
  4. zaman Batu Besar (Megalithikum)
  1. Zaman Logam, terdiri atas:
  2. zaman Tembaga
  3. zaman Perunggu
  4. zaman Besi

Kronologis materi zaman kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam, tidak berlanjut pada pembahasan masuknya Bangsa Barat ke Indonesia, tetapi disambung dengan penjelasan Pusat-pusat Peradaban kuno di Dunia. Dengan demikian, secara kronologis pembahasan materi terpotong oleh materi peradaban dunia.

Pendekatan kronologis yang bersifat kontinuitas ditampilkan dalam beberapa materi. Pengertian kontinuitas artinya antar sautu fakta sejarah  atau peristiwa memiliki hubungan kesinambungan. Misalnya dalam materi kelas 2 tentang kerajaan Hindu-Buddha di Jawa khususnya pada kerajaan Mataram Kuno hingga Kerajaan Majapahit. Raja-raja Mataram Kuno yang dimulai dari Dinasti Sanjaya dan Syailendra, Kerajaan Singasari dan raja-raja Majapahit memiliki hubungan geneologis. Pada umumnya setiap perebutan-perebutan kekuasaan yang terjadi dalam kerajaan tersebut dapat menimbulkan perpecahan. Perpecahan yang terjadi dapat menimbulkan dua hal yaitu pertama terjadinya perebutan kekuasaan dalam kerajaan tersebut. Raja yang baru berkuasa merupakan hasil perebutan kekuasaan. Kedua, perpecahan dapat menimbulkan kerajaan yang baru. Dalam kasus yang pertama nampak sekali dalam Kerajaan Singhasari. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Angrok (dibaca Ken Arok) dengan terlebih dahulu membunuh Tunggul Ametung seorang Akuwu di Tumapel. Tindakan yang dilakukan oleh Ken Angrok menimbulkan balas  dendam dari putera Tunggul Ametung yaitu Anusapati. Ken Angrok dibunuh oleh Anusapati. Tindakan Anusapati ternyata menimbulkan balas dendam pula dari putera Ken Angrok yaitu Panji Tohjaya. Panji Tohjaya berhasil menjadi raja di Singhasari dengan terlebih dahulu membunuh Anusapati. Model pendekatan kronologis ini dalam salah buku SMP dan SMA kelas 1 dijelaskan dengan menggunakan peta konsep. Berikut salah satu kutipannya.

DINASTI RAJASA (DINASTI GIRINDRA)

Tunggul Ametung  +  Ken Dedes       +        Sri Ranggah Rajasa    +    Ken Umang

(Ken Arok)

Anusapati     Mahisa Wonga Teleng                   Tohjaya

 

Wisnuwardhana      Narasingamurti

 

Kertanegara                       Lembu Tal

==========================================================

Rajapatni      +        Kertarajasa       +     Sri Indreswari                                                                                                                                            (Dara Petak)

Tribhuwanatunggadewi         Jayanegara

 

Hayam Wuruk

Apabila dianalisis kembali secara historiografis terhadap materi-materi sejarah di SMA, terdapat uraian kronologis yang bersifat faktual. Materi yang faktual banyak ditulis dalam buku kelas 3 (SMA) terutama materi dari priode Awal Kemerdekaan hingga Orde Baru. Urutan kronologis yang ditampilkan dalam peristiwa-peristiwa politik, misalnya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri DI/ TII, PRRI-PERMESTA, RMS, dan lain-lain. Pada periode Demokrasi Terpimpin ditulis lahir Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Zaman Orde Baru dimulai dengan Peristiwa Gestapu, Lahirnya Supersemar, Sidang MPRS, hingga lahirnya pemerintahan Orde Baru. Berikut ini kutipan materi SMA kelas 3 pada buku E yang menggunakan pendekatan kronologis.

Sistem pemerintahan parlementer sesuai dengan UUDS tahun 1950, ternyata tidak membawa kestabilan politik. Dari 1950-1955 terdapat empat kali pergantian kabinet sehingga rata-rata setiap tahun terjadi pergantian kabinet. Selama masa demokrasi liberal, Indonesia mengalami tujuh kali pergantian kabinet dan perdana menteri, yaitu sebagai berikut:

  1. Muhammad Natsir (Masyumi) dari tanggal 6 September 1950 sampai dengan tanggal 27 April 1951;
  2. Dr. Sukiman (Masyumi) dari tanggal 27 April 1951 sampai dengan tanggal 3 Maret 1952;
  3. Wilopo (PNI) dar tanggal 3 Maret 1952 sampai dengan tanggal 1 Agustus 1953;
  4. Ali Sastroamijoyo (PNI) dari tanggal 1 Agustus 1953 sampai dengan tanggal 12 Agustus 1955;
  5. Burhanuddin Harahap (Masyumi) dari tanggal 12 Agustus 1955 sampai dengan tanggal 24 Maret 1956;
  6. Ali Sastroamijoyo (PNI) dari tanggal 24 Maret 1956 sampai dengan tanggal 9 April 1957; dan
  7. Ir. Juanda (tidak berpartai) dari tanggal 9 April 1957 sampai dengan tanggal 10 Juli 1959.   

 

  1. Model Pendekatan Tematis

Model ”tematis” adalah salah satu model dalam mengembangkan materi bahan ajar atau pelajaran sejarah. Model ini mengembangkan tema-tema kehidupan masyarakat yang bermanfaat bagi pengembangan potensi-potensi tertentu, seperti nilai-nilai bagi potensi individu, potensi kemasyarakatan, intelektual, emosional, religius, atau dipusatkan kepada hal-hal yang sangat menarik perhatian peserta didik.  Jika disederhanakan, materi dikelompokan pada tema-tema, diantaranya politik, militer, sosial, ekonomi, budaya, intelektual, pendidikan, dan lain sebagainya.

Secara sederhana tema politik biasanya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam kekuasaan terdapat berbagai komponen misalkan penguasa atau pemerintah, sistem pemerintahan, parlemen, undang-undang, partai politik, negara, kerajaan, dan lain-lain. Penulisan sejarah yang bertemakan komponen-komponen tersebut biasanya bertema politik.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap buku-buku teks sejarah SMP dan SMA, tampak terlihat sejarah bertema politik, yang menampilkan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai “orang-orang besar”, misalnya Hitler, Kaisar Hirohito dan Mussolini ditulis dalam buku SMP kelas 2 mengenai PD I dan PD II. Tindakan tokoh-tokoh tersebut sangat menentukan perubahan dunia. Perang tidak mungkin terjadi kalau tokoh-tokoh tersebut tidak menghendakinya. Pada tangan-tangan kekuasaan merekalah, dunia terjerumus dalam Perang Dunia II.

Dalam penulisan sejarah (SMP dan SMA kelas 1) berikutnya ditemukan tema politik lain, misalnya jatuh bangun dan pergantian pada dinasti-dinasti lama. Pergantian dinasti lebih dilihat sebagai ulah atau prilaku dari rajanya sendiri. Penulisan sejarah pada periode kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam itu tampak jelas kajiannya dari segi politik.

Sejarah bertema militer dapat didefinisikan sebagai penulisan sejarah mengenai angkatan bersenjata dan perilaku perang. Beberapa hal yang dapat dibahas dalam sejarah perang, misalnya strategi yang digunakan, kekuatan pasukan yang berperang, senjata yang digunakan,  Dalam penulisan sejarah militer yang sudah berkembang, penulisan sejarah perang tidak hanya ditonjolkan aspek-aspek operasional militer semata. Sejarah perang bisa dilihat dari aspek-aspek lainnya, misalnya aspek ekonomi.

Dalam sejarah Indonesia yang dibahas di buku SMP dan SMA kelas 2, tema  militer merupakan tema yang cukup banyak untuk ditulis. Misalnya periode kedatangan VOC. Kegiatan VOC ketika berada di Indonesia tidak lepas dari peperangan.  Sebagai kongsi dagang, VOC memiliki kewenangan untuk memerangi lawan-lawannya. Bagaimana VOC dengan cara berperang mampu menguasai dan menjajah Indonesia.

Teknologi dan strategi perang yang dimiliki oleh VOC. VOC  dan kapal-kapal yang cukup besar yang dilengkapi dengan persenjataan yang cukup maju pada saat itu banyak dibahas dalam materi Kolonialisme dan Imeprialisme Barat di Indonesia.  Teknologi pelayaran dan perang yang dimiliki oleh VOC jauh lebih maju dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki orang pribumi. Perdagangan VOC  dilakukan sambil berperang. Dengan cara seperti ini VOC mampu menguasai wilayah lautan di Nusantara.

Dalam mempelajari sejarah perang, perhatian bukan hanya pada persenjataan saja. Perang dapat berhasil apabila didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti dukungan logistik.  Contoh hal ini bisa kita lihat dalam perang antara Mataram ketika rajanya Sultan Agung dengan VOC. Sultan Agung sebagai raja Mataram mengirimkan pasukannya ke Batavia (Jakarta). Dalam melakukan perang dengan VOC, Mataram ternyata mengalami kekalahan. VOC berhasil membakar gudang persediaan makanan pasukan Mataram di daerah Karawang. Dengan cara seperti ini bantuan logistik pasukan Mataram menjadi lemah. Berikut kutipan dari materi sejarah SMA kelas 1.

Kerajaan Mataram didirikan pada abad ke-16 oleh Senopati (Sutawijaya)  (1586-1601). Pusat kerajaan terletak di Yogyakarta. Ia mempunyai cita-cita untuk mempersatukan Jawa ke dalam pengaruh kekuasaannya.Untuk itu ia melancarkan  perluasan kekuasaan ke daerah Demak, Madiun, Kediri, Ponorogo, Tuban, dan Pasuruan. Tetapi cita-citanya itu mendapat rintangan dari daerah lainnya dan Surabaya tidak dapat ditaklukan..

Setelah Senopati wafat tahun 1601, ia digantikan oleh putranya bernama Mas Jolang. Setelah Mas Jolang meninggal, tahta kerajaan diberikan kepada anaknya yang bernama Raden Rangsang yang terkenal dengan gelar Sultan Agung (1613-1645). Dialah raja Mataram terbesar alam sejarah. Seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura mengakui kedaulatan Mataram. Surabaya yang sukar dikalahkan, pada masa Sultan Agung berhasil ditaklukan tahun 1625. Di Jawa Barat, kekuasaan Mataram tertanam di Cirebon, Sumedang, dan Ukur (Bandung sekarang). Banten tidak berhasil dikuasai.

Dalam skala yang lebih makro, kajian tematis bidang ekonomi bisa dalam ruang lingkup yang lebih luas misalnya skala nasional, regional, maupun internasional. Sejarah ekonomi Indonesia di SMP dan SMA kelas 2 ditemukan pada materi mengenai zaman kolonialisme. Kedatangan kolonialisme di Indonesia banyak dikaitkan dengan peristiwa perdagangan di Laut Tengah yang menggunakan salah satu rute di Selat Malaka. Tujuan kedatangan bangsa Barat selalu ada relevansinya dengan rempah-rempah sampai pada akhirnya bagaimana kolonialis membuka Indoensia untuk perekonomian terbuka. Berikut ini salah satu contoh penulisan sejarah tematis bidang ekonomi.

Proses kolonialisme yang dipusatkan pada Dunia Timur, khususnya Kepulauan Indonesia pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi di Dunia Barat saat itu. Beberapa hal yang mendorong perkembangan kolonialisme di Kepulauan Indonesia antara lain munculnya gerakan Merkantilisme, Revolusi Industri, dan Kapitalisme. Di sisi lain, terdapat pula hal yang tak bisa diabaikan keberadaannya bagi perkembangan kolonialisme  Eropa, yaitu jatuhnya Konstantinopel sebagai Ibu Kota Romawi Timur ke tangan penguasa Kerajaan Turki Usmani  pada tahun 1453. Dengan jatuhnya Konstantinopel sebagai satu-satunya jalur perdagangan ke Dunia Timur, maka  pengaruh perdagangan di sekitar Laut Tengah dan Asia Barat dikuasai oleh bangsa Turki. Pada saat itu, banyak para pedagang Eropa yang merasa dirugikan oleh peraturan-peraturan dagang yang diberlakukan oleh Turki. Kondisi demikian, akhirnya mendorong pedagang-pedagang Eropa untuk mencari sendiri jalan ke Dunia Timur  dalam rangka untuk mendapatkan barang-barang dagangan, termasuk rempah-rempah yang laku dan sangat dibutuhkan pasaran Eropa.

Tema-tema dalam penulisan sejarah masih banyak lagi, sepeti masalah demografi, psikologi dan psikohistori, pendidikan, etnis, keluarga,  dan lain sebagainya. Setelah dianalisis buku-buku teks sejarah SMP dan SMA dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematis seperti sejarah sosial itu erat dengan kehidupan masyarakat, sejarah ekonomi erat dengan penggunaan model-model atau teori-teori ekonomi, sejarah politik erat dengan aspek kegiatan politik, sejarah pendidikan berkaitan dengan tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan tidak tampak dalam buku teks. Selanjutnya bila dikaitkan dengan strategi pengembangan materi, pembahasan materi dalam buku teks ada yang memadukan tema-tema, misalnya, peristiwa proklamasi dapat dilihat dari aspek politik, militer, ekonomi, sosial atau budaya.

  1. Bentuk Penulisan

Berdasarkan hasil analisis historiografi, bentuk penulisan teks sejarah dapat dikatagorikan dalam empat bentuk yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, argumentasi atau bahasan, dan eksposisi atau paparan.

  1. Narasi.

Narasi ialah penulisan sejarah yang hanya menekankan pada urutan waktu, rangkaian peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Penulisan model ini hampir sama dengan penulisan sejarah kronologis, sehingga urutan waktu dalam peristiwa tampak terlihat. Materi-materi sejarah yang berbentuk tulisan narasi seperti ini terdapat dalam materi SMP dan SMA. Khusus untuk SMA bentuk narasi lebih lengkap dan detail, diantaranya adalah mengenai Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia (Kelas 2), Proklamasi Kemerdekaan (Kelas 3), Perang Kemerdekaan Indonesia (Kelas 3), dan Perjuangan Mengembalikan Irian Barat . Berikut ini contoh bentuk penulisan narasi di kelas 1 SMP.

Penjelajahan Spanyol yang berperan besar dalam menemukan jalur langsung ke Kepulauan Maluku adalah Ferdinand Magelhaens (1480-1521). Magelhaens mulai berlayar ke arah Barat-daya mengikuti rute Christopher Columbus (orang Italia yang mengabdikan dirinya pada Raja Spanyol dan berhasil sampai ke benua Amerika yang diyakininya sebagai India) melintasi Samudera Atlantik terus ke ujung selatan Amerika. Dari sana ia menuju arah Barat menyebrangi Samudera Pasifik dan sampailah di Kepulauan Filipina (1521). Di sana tepatnya di Pulau Cebu, Magelhaens tewas terbunuh oleh suku Mactan. Pelayaran ke Kepulauan Maluku diteruskan oleh  Juan Sebastian del Cano. Selanjutnya kedatangan mereka menimbulkan persaingan dengan orang-orang Portugis yang diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian Saragosa (1534). Dalam perjanjian itu diputuskan bahwa wilayah Portugis tetap di Maluku, sementara Spanyol berkuasa di Filipina

  1. Deskripsi

Deskripsi atau perian adalah bentuk penulisan yang berusaha menggambarkan latar sejarah tertentu dalam periode tertentu. Melalui perian, siswa diharapkan ikut melihat, mendengar sebagaimana yang dilihat, dirasakan, dan didengar oleh penulis sejarah. Dalam praktiknya, deskripsi sering dikombinasikan dengan narasi, argumentasi, dan eksposisi. Berdasarkan hasil kajian teks, materi  yang dideskripsikan lebih banyak terdapat di materi SMA, antara lain mengenai perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat yang dideskripsikan dengan latarbelakang sebab ekonomi, politik, budaya, dan agama sehingga pembahasan jauh lebih luas. Sebenarnya kalau dikaji hampir seluruh peristiwa dalam sejarah dideskripsikan tidak hanya di narasikan apa yang semestinya terjadi, tetapi melalui deskripsi pembahasan menjadi jauh lebih luas dan mendalam.

  1. Argumentasi

Argumentasi adalah penulisan sejarah yang ditujukan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian, atau membujuk orang agar mau menerima pernyataan atau uraiannya. Berikut ini contoh kutipan penulisan bentuk argumentasi pada materi SMA Kelas 1.

Hubungan dagang antara pedagang Indonesia dengan pedagang India telah mengakibatkan masuknya tradisi Hindu-Buddha dalam budaya Indonesia. Terdapat dua teori mengenai kapan, siapa dan bagaimana proses masuk dan menyebarnya tradisi Hindu-Buddha ke Indonesia, yaitu teori kolonisasi dan teori nonkolonisasi …

  Menurut teori kolonisasi menyebarnya tradisi India ke Indonesia dibawa oleh golongan ksatria dan waisya. Jl. Moens, berpendapat bahwa terjadinya peperangan di antara kerajaan-kerajaan India mengakibatkan golongan ksatria datang ke Indonesia. Mereka ini adalah tentara (ksatria) yang melarikan diri atau mengungsi setelah mengalami kekalahan dari pihak lawan. Tempat pelarian atau pengungsian itu antara lain Indonesia…

  1. Eksposisi

Eksposisi atau paparan adalah penulisan sejarah yang bertujuan untuk memberikan informasi, penjelasan, dan pemahaman tentang peristiwa sejarah pada kurun dan lokalitas tertentu. Berdasarkan hasil kajian terhadap teks SMP dan SMA, penulisan bentuk ini jarang dilakukan. Rata-rata penulisan menggunakan bentuk narasi, deskripsi, dan argumentasi. Ditemukan buku SMA yang mengarah pada Kurkulum 2004. Penulisannya sudah mengarah pada bentuk penulisan paparan. Berikut ini kutipan teksnya mengenai proses islamisasi di Indonesia (kelas 1 SMA).

… sejak awal perkembangan Islam, pendidikan sangat penting sebagai salah satu upaya dalam proses penyebaran agama Islam. Untuk itu maka berkembanglah suatu bentuk pengajaran yang sangat sederhana dengan system halaqah. Pada awalnya penyelenggaraan pendidikan agama dilaksanakan di masjid, langgar atau surau. Mesjid selain berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan shalat juga tempat diselenggarakannya pengajaran agama. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran membaca Al Quran, tata cara peribadatan seperti yang diatur dalam rukun Islam, akhlak dan keimanan …

  1. Kesimpulan dan Saran
  2. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis historiografi terhadap buku-buku teks pelajaran sejarah SMP dan SMA tahun 1994-2004 yang beredar di Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya buku-buku tersebut sudah menggunakan pendekatan kronologis dan tematis. Hanya sesuai dengan pengembangan materi sejarah model ini, penggunaan spirial konsentris yang membahas peristiwa sejarah yang makin tinggi, makin dalam, dan makin meluas tidak tampak dalam penulisan sejarah, khususnya pada tingkat SMA.

Untuk model penulisan tematis, tidak secara rinci dituliskan pembahasan mengarah pada salah satu bidang tematis. Hanya peneliti mengkaji bahwa dalam pembahasan materi tersirat tema-tema sejarah, seperti tema politik, militer, ekonomi, budaya, social, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengkajian teks SMP kelas 1, ada satu tema yang membahas tema ekonomi, dan ini sesuai dengan kurikulum 1994.

Sementara itu, bentuk penulisan sejarah  yang ada, buku teks sejarah dapat dikategorikan dalam empat bentuk yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, argumentasi atau bahasan, dan eksposisi atau paparan. Dari bentuk-bentuk penulisan itu, bentuk penulisan sejarah SMP dan SMA mengarah pada bentuk narasi dan deskripsi. Secara keseluruhan (berdasarkan hasil kajian) narasi dan deskripsi peristiwa yang dikaji, baik materi SMP dan SMA tidak ada perbedaan untuk tema atau topic yang dikaji.

  1. Saran

Berdasarkan hasil kajian ini, ada beberapa hal yang perlukan perhatikan:

  1. Untuk Penulis

Dalam historiografi sejarah, kaidah-kaidah keilmiahan perlu terus diperhatikan, terutama yang menyangkut pendekatan dan bentuk penulisan sejarah. Pengembangan materi sejarah antara SMP dan SMA perlu ada perluasan, sehingga materi SMA bukan pengulangan dari materi SMP.

  1. Untuk Penerbit

Latar belakang penulis, terutama basic akademik perlu diperhatikan sehingga yang menulis sejarah adalah para lulusan sejarah, baik pendidikan sejarah maupun ilmu sejarah. Apabila kurikulum belum diberlakukan, tidak perlu pencantuman kurikulum baru, tetapi isinya masih merupakan kurikulum lama.

  1. Untuk Pemerintah

Pemerintah harus membuat peraturan mengenai buku-buku teks yang beredar di sekolah/masyarakat, agar mutu dan kualitas buku tersebut tetap terjaga.

Daftar Pustaka

Abdullah, Taupik & Abdurrachman Suryomihardjo. (1985). Ilmu Sejarah dan historiografi Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.

Ali, Mochammad. (1963). Pengantar Ilmu Sedjarah Indonesia. Djakarta:Bhatara

———————- (1995). :Beberapa Masalah tentang Historiografi Indonesia”, dalam Soedjatmoko, ed., 1995. Historiografi Indonesia sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia

Burke, Peter, Ed. (1991). New Perspektives on Historical Writing. Cambridge: Polity Press

——————–    (1992). History and Social Theory. Cambridge: Polity Press

H.A.J., Klooster. (1985). Indonesiers Schrijven Hun Geshiedenis: de Ontwikkwling van de Indonesische Geshiedbeofening in Theorie en Praktijk, 1990-1980. Dordecht-Holland, Cinnaminson-USA: Foris Publication

Hasan, S. Hamid. (2000). ´Kurikulum dan Buku Teks Sejarah, dalam Historia, No. I. Vol. I, tahun 2000. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Kartodirdjo, Sartono. (1982). Pemikiran Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia

————————- (1983). Dalam Anthony Reid& David Marr, ed . Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka Indonesia dan Masa Lalunya. Jakarta: Grafiti Press

Kozicki, Henry, Ed. (1993). Development in Modern Historiografi. London: Macmillan Press

Llyod, Cristopher. (1998).  Explanation in Social History. Cambridge: Blackwell

———————-   (1993). The Structures of History. Cambridge: Blackwell

Sjamsuddin, Helius. (2000). “Penulisan Buku Teks Sejarah: Kriteria dan Permasalahannya”, dalam Historia, No. I. Vol. I, tahun 2000. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Buku Teks Sejarah

Agus Mulyana dan Tarunasena. 2004. Memahami Sejarah SMA untuk Kelas X, XI. Bandung: Armico

C.S.T. Kansil. 1997. IPS Sejarah Jilid 1,2, dan 3. Jakarta: Gelora Aksara Pratama

I Wayan Badrika, Dkk. 1997. Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Umum untuk kelas 1, 2, dan 3 SLTP. Jakarta: Bumi Aksara

I Wayan Badrika. 1996. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMU Kelas 1,2, dan 3. Jakarta: Erlangga

Martono dan Suroso. 1994. Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Umum untuk SLTP Kelas 1, 2, dan 3. Surakarta: Tiga Serangkai

Nana Supriatna. 2003. Sejarah untuk SMP Kelas 1, 2, dan 3. Bandung: Grafindo

——————. 2003. Sejarah untuk SMU Kelas 1, 2, dan 3. Bandung: Grafindo

Nia Kurnia, Dkk. 1996. Pendidikan Sejarah untuk SLTP 1, 2, dan 3. Bandung: Mizan

Wawan Darmawan. 2004. Cakrawala Sejarah untuk SMA Kelas 1,2, dan 3. Bandung: Sinerji Pustaka Indonesia

Comments are closed.