Aliansi Australia dalam ANZUS Treaty (1951)

 

Oleh

Wawan Darmawan[1]

 

Pendahuluan

Pada tahun 2001, persekutuan formal Australia dan Amerika Serikat mencapai umur 50 tahun dengan perayaan munculnya pakta ANZUS pada September 1951. Hubungan strategis itu tentu saja lebih lama dari itu – dari 1941 dan permulaan Perang Pasifik. Tetapi selama 50 tahun terakhir ANZUS telah memberikan suatu bentuk hubungan yang sangat dalam dan berarti. Pakta ini mengingatkan bahwa dasar-dasar suatu hubungan merupakan salah satu aset nasional yang paling besar.[2]

phobia’ akan ‘ancaman dari utara’, the yellow peril, the red peril –) perlindungan (protection) dan kesetiaan pada negara pelindung (loyalty to the protector) –) Inggris sampai meletusnya PD II

Tetapi adanya PD II  —-) kecewa terhadap pertahanan Inggris yang kurang memperhatikan kawasan Pasifik Selatan —–)  maka sesudah PD II, Australia bersama-sama dengan New Zealand masuk dalam payung pertahanan Amerika Serikat melalui perjanjian ANZUS (Australia, New Zealand, and United States) di tahun 1951 —-) Strategy of Denial

 

Permasalahan

Permasalahan yang ingin penulis kaji di sini adalah “Mengapa Australia dan New Zealand memandang perlu membuat suatu perjanjian fakta pertahanan bersama Amerika Serikat dalam ANZUS Treaty?

Teori

Ada dua kerangka teori yang akan dipakai dalam arah kebijakan luar negeri Australia dalam hubungannya dengan ANZUS, yaitu;

  1. Teori Realist dari Thomas Hobbes yang antara lain menyatakan perlu adanya kekuatan dominan dalam mempertahankan keamanan (security) di kawasan nasional, regional dan internasional. Hal ini tidak hanya melibatkan sikapnya terhadap negara-negara lain, tetapi juga termasuk bagaimana Pemerintah NZ menyikapi persoalan-persoalan internasional yang berkembang. Dalam pelaksanaan politik luar negeri, tentunya terjadi suatu hubungan yang saling mempengaruhi di antara negara-negara yang melakukan hubungan internasional. Karena ada pengaruh timbal-balik, maka memutuskan kebijakan luar negeri. Pemerintah NZ mempertimbangkan pula isu-isu seperti sistem pertahanan nasionalnya, dan modifikasi ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Di sini NZ perlu bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mencapai tujuan strategisnya. Usaha kerja sama ini mungkin karena kepentingan strategis NZ cocok dengan kepentingan negara-negara lain yang berada dalam kawasan yang sama. Kerja sama ini sangat penting demi keamanan NZ, karena NZ tidak memiliki kekuatan untuk melindungi berbagai kepentingannya. Untuk itu sebagaimana yang dinyatakan oleh Thomas Hobbes mengenai teori realist, maka dengan sangat jelas NZ perlu protector sebagai sekuatan dominan dalam mempertahankan keamanan NZ. Dan di sini NZ lebih cenderung memilih Australia dan Amerika Serikat daripada Inggris.
  2. Teori Domino yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa suatu akibat pasti akan timbul dari sebab tertentu seperti bangunan kartu domino yang akan berjatuhan jika yang paling depan didorong, Teori ini menggambarkan suatu negara akan mudah jatuh ke dalam ideologi komunis bila negara-negara sekitarnya telah dikuasai komunis sehingga pengaruh yang ditimbulkan sangat kuat untuk negara lainnya. Keterkaitan dengan teori domino, bila dikaitkan dengan ANZUS, Pemerintah NZ pada waktu itu melancarkan kebijakan anti komunis dengan politik pembendungan (Containment Policy)[3] yang dipimpin oleh Amerika Serikat terhadap perkembangan komunis di wilayah Asia-Pasifik, khususnya ketika Amerika Serikat melihat ancaman ekspansi komunis dari Uni Soviet dan RRC. Di samping itu NZ perlu menerapkan strategi pertahanan ke depan ( defence in depth atau forward defence strategy) yang berarti bahwa lingkungan pertama pertahanan NZ haruslah dibentuk sejauh mungkin dari daratan N

 

Pembahasan

Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Australia terhadap Amerika Serikat Pasca Perang Dunia II

Terdesaknya kekuatan pertahanan Inggris di Asia oleh tentara Jepang, telah merubah pandangan politik Australia. Inggris yang dulu dipandang sebagai negara kuat yang dapat menyelamatkan Australia, ternyata tidak berdaya menghadapi Perang Pasifik yang sedang di hadapi Australia. Kita bisa lihat lemahnya pertahanan Inggris di Asia yaitu dengan jatuhnya Malaya dan benteng pertahanan Inggris di Singapura serta pemboman atas Darwin oleh tentara Jepang. Keadaan ini menghadapkan Australia pada kenyataan bahwa Australia  tidak akan mendapat jaminan keselamatan dari Inggris sehingga menimbulkan perasaan takut dan khawatir. Sebaliknya Australia melihat  peran Amerika Serikat-lah yang sangat besar sebagai kekuatan tangguh bagi keamanan Australia dari serangan Jepang.

Kekuatan Amerika Serikat dapat dilihat oleh Australia ketika pada bulan Mei 1942, armada gabungan Amerika Serikat dan Australia berhasil mengusir kekuatan Angkatan Laut Jepang dalam pertempuran Laut Karang (Coral Sea) dan pada bulan Juni 1942 mengalahkan Jepang dalam pertempuran di Midway.[4] Dan pada pertempuran balik terhadap tentara Jepang, terlihat bahwa mulai tahun 1942 sampai 1945 pasukan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat berhasil mengalahkan Jepang. Apalagi peran Mac Arthur dengan strategi ‘loncatan kodok’ berhasil menghancurkan kekuatanm Jepang. Terakhir pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Akhirnya pada tanggal 3 September 1945, Jepang menyerah pada Amerika Serikat.

Kemenangan Amerika Serikat (AS) dalam Perang Dunia II (PD II), memperlihatkan bagaimana pentingnya peran AS sebagai pengawal pertahanan Australia. Sekarang perhatian Australia mulai beralih kepada AS, padahal sebelumnya kebijakan luar negeri Australia tidak terlepas dari pengaruh Inggris. Tetapi saat itu tampaknya berubah, karena kebijakan politik luar negeri Australia tidak dapat dilepaskan dari sistem pertahanan keamanan. Keduanya mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama yaitu untuk melindungi negara dari ancaman luar.[5]

Peristiwa PD II atau Perang Pasifik telah menyadarkan perlunya keamanan dan kestabilan di wilayah Australia khususnya, umumnya di Pasifik Selatan. Untuk itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia, H.V. Evatt, menyarankan agar wilayah Pasifik yang merupakan kawasan terdekat Australia harus dijaga meskipun melibatkan kekuatan luar dari AS sekalipun.[6] Selanjutnya H.V. Evatt pergi ke AS dan bertemu dengan Presiden Harry S. Truman pada 21 Juni 1946 untuk membicarakan keinginan Australia agar AS menjamin pertahanan Australia dan New Zeeland, dengan mempergunakan Pulau Manus di utara New Guinea sebagai bagian pertahanan Australia di Pasifik.[7] Dengan demikian sangat jelas bahwa politik luar negeri Australia merupakan manifestasi dari pertahanannya. Maksudnya, hubungan yang dijalankan dengan AS dalam konteks pertahanan Australia merupakan pilar penyangga bagi strategi defence Australia dan NZ.

Menurut jurnal Defence 2000, persekutuan AS-Australia-NZ bekerja dalam tiga tingkatan hubungan yang dekat. Pertama,  kerja sama bilateral mengenai masalah pertahanan dan keamanan dalam praktek kegiatan bisnis. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan guna pertahanan personil yang semakin baik serta memberikan akses bagi Australia dan NZ ke teknologi milter AS. Kedua, salah satu keuntungan utama yang dicari Australia dan NZ dari persekutuan ini adalah untuk menyokong perjanjian atau pertempuran AS di wilayah Asia Pasifik. Persekutuan ini sangat penting bagi AS sebagai salah satu kunci dasar jaringan persekutuan bilateral Asia Pasifik yang juga melibatkan Jepang, Korea, Thailand, dan Filipina dan juga hubungan pertahanan dengan kekuatan-kekuatan wilayah yang penting lainnya seperti Singapura. Jaringan persekutuan dan hubungan strategis yang dekat ini merupakan inti sikap AS di Asia, dan demikian juga sebagai control dari stabilitas regional. Hal ini membantu kepentingan dan tujuan Australia dan NZ. Ketiga, persekutuan AS-Australia-NZ akan terus berlanjut dalam wujud usaha bersama untuk saling mendukung kapanpun dibutuhkan. Usaha bersama ini ditetapkan secara nyata dalam perjanjian ANZUS.[8] (Kenyataan nanti NZ lepas dari ANZUS tahun 1985)

Kebijaksanaan Politik Luar Negeri NZ pada masa Perang Dingin

Pasca Perang Dunia II, di antara Amerika Serikat dan Uni Soviet terjadi perpecahan sehubungan dengan adanya perbedaan ideologi – Liberalis Kapitalis dan Sosialis Komunis. Adanya perbedaan ideologi tersebut telah menyebabkan AS yang pada waktu PD II bersekutu dengan US akhirnya pecah dan terjadilah konflik di antara keduanya,[9] yang pada

akhirnya timbullah perang dingin (Cold War).[10]

Perang Dingin semakin tajam setelah kedua negara adidaya tersebut berupaya berebut pengaruh.  Mereka sama-sama tidak mau kalah, bila AS mendirikan NATO,[11] maka US pun mendirikan Pakta Warsawa.[12] Berdirinya pakta pertahanan yang berada di bawah pengaruh kedua negara besar itu, telah mengakibatkan timbulnya rasa saling curiga dan perlombaan di bidang persenjataan. Masing-masing pihak saling diliputi oleh suasana Perang Dingin, sementara negara-negara lain di dunia pun pecah dan terseret ke dalam pengaruh salah satu pihak. Perseteruan yang pada awalnya di Eropa, telah merembet ke Asia dan ini khawatirkan akan merembet ke Australia dan NZ. Selain itu, kemenangan komunis Cina yang dibentuk Mao Tse Tung yang berpengaruh bagi negara-negara di Asia menjadi ‘ancaman nyata terbesar’ bagi keamanan Australia dan NZ,[13] apalagi secara geografis Cina jauh lebih dekat dibandingkan Uni Soviet.

Robert Gordon Menzies dari partai liberal berhasil mengkampanyekan tentang komunis yang tidak boleh berkembang di Australia, ternyata telah menjadikan dirinya tampil sebagai pemenang pemilu menggantikan J.B. Chifley dari Partai Buruh.[14] Saat itu Pemerintah koalisi Liberal-Country pimpinan Menzies tampaknya harus juga memilih posisi mereka di antara dua kekuatan besar yang saling bertarung. Pilihan yang diambil telah meletakkan Australia dalam posisi pararel dengan kepentingan negara-negara Barat, terutama AS. Sekurang-kurangnya ada dua lasan yang mendasarinya, yaitu pertama, secara tradisional, Australia telah jauh terlibat dalam persekutuan pertahanan dan perdagangan dengan Inggris, yang merupakan elemen penting dari kekuatan negara-negara Barat, kedua,  Australia memerlukan dukungan sistem pertahanan yang kuat untuk menjamin keamanan wilayah strategisnya di Pasifik Selatan agar jalur-jalur perdagangan luar negerinya tetap terjamin. Kecewa terhadap Inggris yang tidak mampu menahan serangan Jepang yang menduduki kepulauan Pasifik, ketika pecah PD II, Pemerintah Menzies mengambil kebijakan luar negeri dan pertahanan yang menyekutukan Australia dan NZ dengan AS.[15]

Pembentukan ANZUS:

Inisiatif Percy C. Spender

Percy C. Spender adalah Menteri Luar Negeri Australia (1949-1951) pada masa pemerintahan Menzies. Spender menginginkan agar Australia membentuk pakta keamanan di kawasan Pasifik. Pakta keamanan ini sebagai usaha untuk membuat kondisi politik yang stabil di kawasan Asia-Pasifik. Apalagi pada masa perang dingin ada pengaruh oleh kedua blok untuk berusaha memberikan simpati kepada negara-negara yang baru merdeka untuk bergabung dengan mereka. Keadaan ini perlu segera diantisipasi, khususnya ketakutan akan bahaya komunis di Asia.

Spender menyatakan bahwa bahaya yang paling besar adalah komunis dari Cina yang merupakan basis komunis di Asia. Dikhawatirkan komunis ini menyebar ke Asia-Pasifik, khususnya Asia Tenggara. Untuk itu, kekhawatiran Spender ini ia kemukakan di depan House of Representatives pada tanggal 9 Maret 1950, bertepatan dengan setengah tahun berdirinya RRC (Republik Rakyat Cina)[16] – 1 Oktober 1949 yang dipimpin oleh Mao Tse Tung.

Australia melihat bahwa situasi damai atau perang di wilayah Asia-Pasifik akan berpengaruh bagi keamanan wilayahnya. Untuk itu Australia selalu siap mengawasi demi kepentingan politik dan perdamaian sehingga diperlukan pakta keamanan di kawasan tersebut yang akan didukung oleh Amerika Serikat. Inisiatif Spender ini didukung oleh Menlu New Zealand, Frederick W Doidge.  Selanjutnya pada bulan Februari 1951 di Cambera, Doidge bersama Spender ikut dalam pembicaraan bersama John Foster Dulles sebagai wakil Presiden Truman untuk mendiskusikan mengenai konsep awal dari Perjanjian ANZUS.

Bentuk Perjanjian Anzus

Inisiatif Spender yang didukung oleh Doidge untuk membuat pakta keamanan akhirnya tercapai dengan ditandatanganinya Pakta ANZUS pada tanggal 1 September 1951 di San Francisco. Perjanjian ini ditandatangani oleh masing-masing perwakilan, yaitu Percy C. Spender (Australia), C.A. Berendson (New Zealand) dan Dean Acheson, John Foster Dulles, Alexander Willey dan John J. Sparkman ( Amerika Serikat).

Dalam perjanjian ANZUS disebutkan untuk saling membantu dengan mencegah para agresor yang mungkin muncul di kawasan Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat. Selain itu terlihat jelas bahwa tujuan utama ANZUS yaitu mengkoordinasikan pertahanan bersama di kawasan Pasifik, membendung pengaruh komunisme yang dianggap sebagai agresor di kawasan Asia-Pasifik terutama dari RRC dan Uni Soviet, meningkatkan kerja sama militer untuk mencegah terjadinya agresi negara lain ke kawasan Pasifik, dan menyatakan keterikatannya dalam menghadapi segala serangan bersenjata bersama karena ancaman terhadap salah satu anggota juga merupakan ancaman bagi anggota yang lainnya.[17] Dan menurut Australian Information Service (1983:10), perjanjian ANZUS ini semata-mata memfokuskan pada sistem pertahanan keamanan bagi negara-negara anggota yang cenderung memelihara dan menjaga perdamaian serta stabilitas keamanan dunia.

Pemerintah Australia memandang usaha bersama ini secara serius. Australia percaya, jika dirinya diserang, AS akan memberikan bantuan yang substansial termasuk dengan angkatan bersenjatanya. Tetapi Australia tidak tergantung pada bantuan itu yang memunculkan anggapan bahwa angkatan tempur AS yang akan banyak diturunkan untuk menutupi kekurangan dari kemampuan Australia dan NZ untuk membela wilayahnya. Persekutuan yang sehat seharusnya bukan atas hubungan saling ketergantungan tetapi atas dasar saling tolong-menolong. Dalam waktu yang cepat, ketergnatungan akan melemahkan persekutuan, baik dipihak AS maupun Australia. Karena alasan itu, kepercayaan atas diri sendiri akan menjadi bagian atau sifat yang melekat dari kebijaksanaan persekutuan Asutralia. Ada satu pengecualian penting dalam prinsip kepercayaan atas diri sendiri, yaitu Australia dan NZ mengandalkan pencegahan yang diberikan AS dalam memperkecil kemungkinan adanya serangan nuklir terhadap Australia dan NZ.[18]

Tetapi yang jelas usaha bersama yang dilakukan Australia dan NZ dalam perjanjian ANZUS untuk mendukung AS sangat penting sebagaimana usaha bersama yang telah dilakukan AS untuk mendukung Australia dan NZ. Usaha-usaha bersama ini menggambarkan betapa kuatnya kepentingan Australia dan NZ dalam menyokong rencana kehadiran AS di wilyah Asia Pasifik.

Reaksi terhadap pembentukan ANZUS

Setelah ANZUS terbentuk, muncul reaksi-reaksi, apakah bersifat positif atau negatif. Dan pada kesempatan ini yang akan disoroti adalah pertama, bagaimana reaksi dari partai buruh sebagai partai oposisi terhadap partai koalisis yang sedang memerintah,  kedua, bagaiamana reaksi dari negara Inggris sebagai negara yang pernah menjadi protektorat Australia, dan ketiga, bagaimana sikap bangsa Asia, khususnya Asia Tenggara terhadap ANZUS ini?

  1. Reaksi Inggris terhadap keikutsertaan Australia dalam ANZUS dikemukakan oleh W. Churchill (Perdana Menteri Inggris), yang isinya secara tidak langsung menyatakan bahwa Pemerintah Inggris tidak setuju dengan adanya pakta ANZUS. Alasan yang dikemukakan antara lain keberadaan ANZUS dikhawatirkan akan merusak hubungan baik antara Inggris, Australia, dan New Zealand.[19] Reaksi ini nampaknya terlihat wajar karena sepertinya Inggris mulai ditinggalkan oleh Australia sebagai negara persemakmuran atau menghapus sama sekali sebagai protector bagi Australia.
  2. Negara-negara Asia memandang ANZUS sebagai perkumpulan bagi negara-negara yang ‘English Speaking Country’ yaitu negara yang berasal dari Inggris, dan juga melihat ANZUS ini sebagai propaganda aliansi yang antikomunis yang dikhawatirkan akan berkembang di Asia-Pasifik.

 

Kesimpulan

Melalui ANZUS, Australia dan NZ memandang Amerika Serikat sebagai jaminan keamanan dan pilar penyangga bagi keamanan negaranya. Di sini Australia bagaikan suatu negara yang sangat ketakutan terutama dari bahaya negara-negara agresor atau negara-negara yang memiliki pengaruh sehingga terbentuknya ANZUS, Australia merasa benar-benar terlindungi. Melalui ANZUS, Australia merasakan kedekatannya dengan Amerika Serikat, terutama dibidang militer. Australia memperoleh keuntungan di antaranya dalam hal mengatur stategi militer dan penerapan alat-alat teknologi militer. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan Australia dalam Perang Korea dan Perang Vietnam, yang sebenarnya itu semata-mata untuk kepentingan Amerika sendiri. Tetapi dengan ANZUS bukan untuk kepentingan satu pihak saja, melainkan bagi ketiga negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian itu.

Tetapi perkembangan ANZUS tidak berjalan mulus, karena salah satu negara yaitu New Zealand mengundurkan diri dari keanggotaannya. New Zealand pernah menolak kedatangan kapal-kapal perang Amerika Serikat yang membawa persenjataan nuklir untuk berlabuh di pelabuhan-pelabuhan New Zealand pada tahun 1985. Perlu diketahui bahwa  New Zealand adalah salah satu negara yang anti nuklir. Keluarnya New Zealand dari ANZUS, secara tidak langsung mengurangi efektivitas fungsi dalam sistem pertahanan dan keamanan ANZUS. Menanggapi situasi ini, Pemerintah Australia bersikap mendukung kebijakan “ neither confirm nor deny” yang diterapkan bagi kapal-kapal perangnya, dan mengharapkan New Zealand mengubah kebijakannya dalam masalah ini. Sekalipun demikian, Pemerintah Australia tidak menghendaki kaitan historis, politik, kebudayaan, dan pertahanan dengan New Zealand, yang telah dibangun semasa koloni, menjadi berantakan. Hubungan pertahanan antara New Zealand dan Australia tetap terpelihara, melalui program-program latihan militer dan penguasaan ilmu kemiliteran serta persenjataan. Oleh karena itu, sejak akhir 1985, sistem pertahanan trilateral ANZUS berubah menjadi dua sistem pertahanan bilateral, yaitu tinggal AUS (Australia and United States), sehingga keadaan ini semakin mendekatkan hubungan pertahanan dan keamanan antara Australia dan Amerika Serikat.

 

Bibliografi

Adil, Hilman. 1993.  Hubungan Australia dengan Indonesia 1945-1962. Jakarta:Djambatan

Camilleri, J.A. 1967. Australia Foreign Policy. New South Wales: The Jacaranda.

Clark, Manning. 1986. A Short History of Australia. Victoria:Ringwood.

Crowly, Frank. 1970.  Modern Australia in Document 1939-1970, vol 5, “ ANZUS Treaty”. Australia:Wren Publishing Pty. Ltd.

Defence 2000. Our Future Defence Force. Commonwealth of Australia.

Dowsing, Irene. 1996. Curtin of Australia. Melbourne:ACACIA Press

Hamid, Zulkifly. 1996. Sistem Politik Pasifik Selatan. Jakarta: Pustaka Jaya

_____________. 1999.   Sistem Politik Australia. Bandung: Rosda

Mediansky, F.A. dan AC Palfreeman. 1988.  In Pursuit of National Interests Australian Foreign Policy in the 1900s. Australia:Pergamon Press.

Millar, T.B. 1991. Australia in the Peace. NSW: Macmillan

Moore, John Hommand. 1970. The America Alliance: Australia New Zealand abd the United States. Melbourne: Cassell Australia Ltd.

Norman, Harper. 1987.  A Great and Powerful Friend: A Study of Australian American Relation Between 1900 and 1975. Queensland:University of Queensland.

Spender, Percy. 1972. Politics and A Man. Sydney : Colline

Phillips, Dennis. 1998.  Ambivalent Allies: Myth and Reality in the Australian American Relationship. Victoria:Pinguin Books

 

 

[1] Wawan Darmawan adalah staf pengajar di Jurusan Pendiidkan Sejarah UPI Bandung

[2] Defence 2000. Our Future Defence Force, Chapter 5 “Australia International Strategic Relationships”. Commonwealth of Australia, 2000, hlm. 33

[3] Politik pembendungan merupakan kebijakan strategi Amerika Serikat beserta sekutunya untuk menahan agar komunis maupun pengaruh negara komunis tidak meluas ke perbatasan negaranya. Lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 8. Jkt:PT. Cipta Adi Pustaka, hlm. 32

[4] Lihat Irene Dowsing. Curtin of Australia.Melbourne: ACACIA Press, 1996, hlm. 119

[5] R.G. Casey. Friends and Neigbours. Michigan:Michigan University Press, 1958, hlm. 16

[6] Lihat J.A. Camilleri. Australia Foreign Policy. New South Wales: The Jacaranda, 1967. Hlm. 23

[7]   T.B. Millar. Australia in the Peace and War. NSW:Macmillan Publishing Australia Pty, 1991, hlm. 156

[8]   Lihat Defence 2000, Op.Cit., hlm. 34-35

[9]   Pada mulanya, guna mengakhiri PD II, Uni Soviet dan Amrika Serikat bersekutu dan menjalin hubungan untuk menghadapi NAZI Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler. Amerika Serikat pernah mengirimkan bantuan tentaranya ke Uni Soviet guna menggempur pasukan Jerman.

[10] Perang Dingin adalah perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan dari konflik-konflik kepentingan, supremasi, perbedaan ideologi, dan lain-lain antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Perang Dingin ini dimulai sejak pembagian Jerman menjadi dua wilayah, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur.

[11]  NATO singkatan dari North Atlantik Treaty Organization, yaitu organisasi pertahanan bangsa-bangsa yang ditandatangani pada bulan Desember 1949, yang anggotanya antara lain Amerika Serikat, Belgia, Canada, Denmark, Eslandia, Norwegia, Perancis, Inggris, Turki, Yunani, dan Jerman Barat.  Organisasi yang  bermarkas di Paris ini pada awalnya bertujuan untuk mengadakan kerjasama militer dalam menghadapi ancaman komunis di Eropa dan Atlantik Utara.

[12]  Pakta warsawa adalah Pakta kerja sama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis yang didirikan oleh Uni Soviet pada tahun 1955 untuk mengimbangi kekuatan NATO. Anggota Pakta Warsawa antara lain Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.

[13] Dennis Phillips. Ambivalent Allies: Myth and Reality in the Australian American Relationship. Victoria:Pinguin Books Ltd, 1998, hlm. 140

[14]  Kekalahan Partai Buruh pada pemilu 1949 menandai berkuasanya pemerintahan koalisi Liberal-Country selma 23 tahun. Pemerintahan koalisi ini memenangkan secara berturut-turut pada tujuh pemilu selanjutnya, mengaitkan garis kebijakan luar negeri Australia dengan masalah pertahanan dan perdagangan luar negeri . Lihat  Zulkifli Hamid. Sistem Politik Australia. Bandung:Rosda, 1999, hlm. 401

[15] Zulkifli Hamid. Ibid., hlm. 401-402

[16]    Percy Spender. Op. Cit., hlm. 311-12

[17]  Frank Crowly. Modern Australia in Document 1939-1970, vol 5, “ANZUS Treaty”, Australia:Wren Publishing Pty ltd. 1970, hlm. 248-51

 

[18] Lihat Defence 2000. Op.Cit., hlm. 36

[19]  Lihat Harper Norman. A Great and Powerful Friend: A Study of Australian Amrican Relation Between 1900 and 1975. Queensland:University of Queensland, 1987, hlm. 250

[20] Lihat ,  Sistem Politik Australia

[21] Lihat Percy Spender, Politics and A Man, Sudney:Colline, 1972, hlm. 308-309.

[22]

[23]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *